Matahari Terbit, Dunia Malam Arini Sudah Berakhir (1)

Kamis 13-07-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Arini (bukan nama sebenarnya) bertekad tidak akan lagi menyentuhnya. Tidak akan. Apalagi dirinya seorang perempuan. Harus tobat, tidak bisa tidak. Tekad tadi diungkapkan ke Memorandum via telepon WA. Memorandum memang sering ditelepon pembaca. Nggak apa-apa. Beberapa waktu lalu Memorandum memang mencantumkan nomor WA pribadi di rubrik ini untuk berinteraktif dengam pembaca. Bukan tanpa alasan bila dia mengungkapkan itu. Sekarang ini Arin sedang hamil anak pertama. Istimewanya, anaknya itu tidak hanya satu, tapi dua. Kembar. Anak 1-a dan anak 1-b. Yang lebih istimewa, keduanya berlainan jenis kelamin. Pria dan wanita. Diakui Arin, andai tidak dapat teguran dari dokter, mungkin dia tidak akan  menyadari kesalahannya. “Ibu harus mulai serius menjaga kesehatan. Hentikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang Ibu lakukan selama ini. Mengerti maksud saya kan?” kata dokter. “Itu. Dengar apa kataku? Berhentilah merokok. Iya kan Dok?” kata Andi, suami Arini, sambil memeluk Arin mesra dan menatap dokter. Dokter mengangguk sambil melirik Arin. “Paham kan Bu Andi?” tanya dokter menegaskan. Kembali matanya menatap Arin. Tajam. “Paham Dok. Amat paham,” kata Arin tegas. Melalui pertanyaan berulang yang disampaikan dengan tegas itu, Arin yakin dokter mengetahui kebiasaaan Arin yang sebenarnya. Yang tidak hanya pecandu rokok, melainkan pecandu zat-zat yang lebih berbahaya. Khamar (minuman keras) dan narkoba. Dan demi menghormatinya, dokter sengaja tidak mengungkapkan hal itu di depan Andi. Arin mengaku sangat menghargai cara dokter mengingatkan seperti ini. Untuk itu, Arin akan berusaha kuat untuk berubah dan menjaga kepercayaan dokter yang diberikan kepadanya. Diakui Arin, di depan Andi, dia adalah sosok perempuan yang amat sempurna. Cantik. Pinter. Pengertian. Dll. Dst. Dsb yang baik-baik. “Cantik? Ya. Karena banyak orang yang mengatakan aku 11:12 sama Cinta Laura. Pinter? Ya. Aku cum laude perguruan tinggi negeri papan atas. Pengertian? Mungkin ya. Karena aku tidak pernah membantah suami dan selalu menuruti apa pun kemauannya,” kata Arin. Hanya, imbuh Arin, banyak yang tidak tahu bahwa dia adalah penghuni dunia kelam. Pengonsumsi khamar dan narkoba. Bahkan sudah bisa dikatakan pecandu. Jangankan Andi, suami yang baru dua-tiga tahun mendampingi. Orang tua yang membesarkan saja, sama sekali tidak tahu bahwa Arin seorang pecandu. “Aku memang selalu berhati-hati menyembunyikan fakta ini. Baik bersikap dalam kehidupan sehari-hari maupun menjaga jangan sampai terlalu kebablasen,” tuturnnya. Arin mengaku kali pertama mengenal dunia hitam sejak SMP. Ya. SMP. Lebih tepatnya kelas dua SMP. Saat itu dia berpacaran dengan anak kelas satu SMA yang sekolahnya sekompleks dengan sekolah Arin. Namanya sebut saja Novi. Anaknya ganteng. Idola hampir seluruh siswi sekompleks. (jos, bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait