Nasik terkesan memberikan kebebasan penuh kepada Nindra untuk berbuat apa pun. Tapi, sebenarnya bukan seperti itu. Dia justru tidak peduli apa yang dia lakukan. Mau jungkir balik di dalam rumah, silakan; mau koprol di halaman rumah, silakan; mau berjalan dengan tumpuan tangan, silakan. “Mau apalagi, wong dasarnya aku memang tidak mencintai dia. Sikap dia justru menambah antipatiku kepadanya. Kalau dia bisa bersikap seperti Laila, mungkin lain ceritanya. Mampu menempatkan diri seperti perempuan sesuai kodratnya. Tidak seperti yang dia tunjukkan selama ini. Ngeri!” Puncak kengerian Nasik terjadi ketika suatu sore, ketika Nindra menyampaikan berita penting. Bagi Nindra, ini adalah berita yang diyakini bakal menggembirakan Nasik. Berita yang sudah sangat lama ditunggu-tunggu. “Dengan bangga Nindra menunjukkan surat dokter bahwa dirinya hamil. Dia menyampaikan berita ini sambil melonjak-lonjak gembira. Dia ciumi aku. Dia peluk aku,” tutur Nasik. Raut wajah sedih tampak pada ekspresinya. Tapi, Nasik diam saja. Dia tak mampu merespons lebih dari itu. Sebab, respons spontan malah bakal menjadikan dirinya seperti kobaran api yang membakar semua. Perlahan-lahan Nasik berdiri dan berjalan menuju kamar. Menguncinya dari dalam. Dia tidak peduli apa yang dipikirkan Nindra, wong perempuan itu sudah terbukti sangat merendahkannya. Membanting harga dirinya. Menginjak-injak. Meludahi bahkan mengencinginya. Nasik pantas marah. Dia merasa harga dirinya dibanting ke tempat yang paling kotor, berbatu runcing, dan disambar muntahan lahar gunung berapi. Makanya dia spontan meninggalkan Nindra. “Mana mungkin dia hamil? Dulu, ketika lebih dari lima tahun pascanikah dengan Laila, kami belum juga dikasih momongan, Laila ngotot ingin memeriksakan kesuburan kami. Waktu itu sebenarnya aku tidak menolak. Tapi, lebih tepatnya menghindar. Aku ingin terlebih dulu memeriksakan diri,” tutur Nasik dengan sedih. Beberapa waktu kemudian Nasik memeriksakan diri. Hasilnya seperti yang dia khawatirkan: Nasik tidak mungkin bisa memberikan benih keturunan. Sebab, ada kelainan hormonal yang menyebabkan spermanya tidak mampu bertahan hidup di rahim perempuan. Perempuan mana pun. Kandungan asam yang melindungi setiap rahim membunuh dengan mudah sel-sel sperma Nasik. Nasik tidak putus asa. Dia mencari dokter lain sebagai second opinion. Hasilnya sama. Demikian juga ketika dia mendatangi dokter ketiga dan keempat. Idem ditto, sami mawon. Setelah itu Nasik berusaha mengobatkan diri. Tujuannya untuk memperkuat daya tahan sperma yang dia semprotkan ke rahim istrinya. Usaha dari dokter pertama gagal. Usaha dokter kedua dan ketiga, juga gagal. Demikian hingga dokter ketujuh. Ketika nyaris menyerah, Nasik berjumpa dengan seorang teman penganut Islam kejawen. Namanya Supriadi, namun teman-teman dekatnya lebih sering menyapa dia dengan sebutan Mbah Kung. (jos, bersambung)
Nasib Miris Perjalanan Cinta sang Pengusaha (4)
Jumat 07-07-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Selasa 19-11-2024,15:18 WIB
Dilaporkan Hilang, Remaja 23 Tahun Tewas Bunuh Diri di Lahan Kosong HR Muhammad
Selasa 19-11-2024,19:09 WIB
Inilah Susunan Resmi Indonesia vs Arab Saudi, STY Rotasi 3 Pemain
Selasa 19-11-2024,12:49 WIB
Masih Tunggu Hasil Autopsi, Saksi Dugaan Pembunuhan di Ngaglik II Bertambah
Selasa 19-11-2024,11:40 WIB
Usai Pesta Miras, Pria Sepanjang Terjun ke Sungai Dekat Tambangan Pagesangan-Kebraon
Selasa 19-11-2024,06:00 WIB
Pilkada Kota Malang 2024, Gus Dien Dukung Abah Anton
Terkini
Selasa 19-11-2024,22:37 WIB
Gelar Multaqo Ulama se-Jatim, Ini Keyakinan Gus Miftah pada Khofifah
Selasa 19-11-2024,22:30 WIB
PC PMII Lamongan Gelar Diskusi Publik untuk Jaga Kepercayaan Publik pada Pilkada Serentak
Selasa 19-11-2024,22:22 WIB
Gus Iqdam Dukung Abah Anton dan Dimyati Ayatulloh
Selasa 19-11-2024,22:14 WIB
Sambut Pilkada, Satsamapta Polrestabes Surabaya Aktifkan Pos Shelter dan Optimalkan Personel
Selasa 19-11-2024,22:08 WIB