Demi Anak, Istri Terjerembab ke Jurang Kemusyrikan (5)

Sabtu 10-06-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Masuk bulan keempat-kelima, Dirham sempat berpikir begini: mungkinkah Laksmi nekat berangkat sendiri ke kediaman Eyang Jostro? Tapi, tahukah dia jalan ke sana? Walau begitu, karena sudah tidak ada lagi tempat yang mungkin didatangi Laksmi yang bisa dilacak, Dirham menyerah. Dia akhirnya melangkahkan kaki ke Mojokerto, ke lereng Penanggungan. Untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Baru selangkah keluar dari rumah, tiba-tiba Laksmi muncul dan langsung merangkulnya erat-erat. Dengan napas terengah-engah dia mengabarkan keinginannya sudah terkabul. Ritual yang dia jalani sudah membuahkan hasil. Tentu saja Dirham kaget. Penuh tanda tanya. Dan marah. Ingin dia menumpahkan gejolak isi hatinya dengan menyemprotkan lahar emosi yang menggelegak di dada. Tapi melihat ekspresi Laksmi yang diselimuti kegembiraan, hati Dirham meleleh. Panas di dadanya mengkristal menjadi butiran-butiran salju bagai turun dari puncak Himalaya. Perlahan Dirham membimbing istrinya masuk rumah. “Jujur saja, saat itu masih ada kemarahan di dada ini. Tapi entahlah, aku tak tega melampiaskannya ke istri. Mungkin karena aku terlalu sayang ya?” kata Dirham seperti bertanya pada diri sendiri. Laksmi akhirnya berterus terang selama ini dia tinggal di rumah temannya di Mojokerto dan secara rutin mengikuti ritual di padepokan lereng Penanggungan. Laksmi baru diperbolehkan pulang setelah dipastikan kandungannya sudah subur. Diceritakan bahwa dalam ritual itu, Laksmi diminta masuk ke ruangan gelap penuh asap, terus duduk bersila dan membayangkan sedang berhubungan intim dengan orang yang paling dicintai: suami. Laksmi merasa tubuhnya seperti malayang. Pada setiap akhir ritual, Laksmi merasa seperti dibangunkan dari tidur dan tubuhnya segar bugar. Ruang berubah terang benderang. Di hadapannya tersaji aneka jenis makanan dan buah. Laksmi diharuskan makan sebanyak-banyaknya sebelum pulang. Cerita ini dirasakan Dirham seperti ada yang aneh, namun dia tidak mampu untuk sekadar mempertanyakan, apalagi menuduh istrinya yang bukan-bukan. Dirham menelan seluruh cerita tadi dalam diam. Dan benar, sebulan setelah Dirham ajek ngumpulin Laksmi, istrinya itu terlambat datang bulan. Ketika diperiksakan ke puskesmas, Laksmi dinyatakan positif hamil. Kabar ini tentu menggembirakan. Terutama bagi Laksmi. Namun tidak sepenuhnya bagi Dirham. Ada terselip keragu-raguan, entah apa itu. Walau begitu Dirham mencoba ikut hanyut dalam euphoria sang istri. (jos, bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait