Surabaya, memorandum.co.id - Penangkapan Bashir, warga Kalimas Madya III, Surabaya, oleh Densus 88, Jumat (2/6), mencuatkan sejumlah cerita. Yang menarik adalah sosok Bashir yang dikenal sebagai pribadi yang agak tertutup. Bahkan ketika petugas dinas sosial Surabaya menempel stiker keluarga miskin di rumahnya, Bashir menolak. Hal ini dibenarkan Ketua RT setempat Muhammad. Ia mengatakan pihaknya tidak bisa memaksakan warga yang menolak jika rumah ditempeli stiker keluarga miskin. Bashir, lanjut Muhammad, tak diketahui secara pasti bekerja sebagai apa. "Tapi anaknya lumayan sekolah di tempat yang elit kok. Paling tidak SPP per bulan ada Rp 1 juta, dua anak sekolah di sekolah elit," ungkap Muhammad. Selama menjadi ketua RT sejak Januari, Muhammad menuturkan, dirinya tak pernah melihat Bashir ke rumahnya untuk mengurus administrasi kependudukan. Secara keluarga, Bashir tinggal bersama kakak dan istri serta kelima anak di Kalimas Madya III Surabaya. Anak pertama Bashir duduk di bangku SMP pondok pesantren. Yang paling kecil usia anaknya masih balita. Selain itu, ada satu anak Bashir yang juga tidak bersekolah (putus sekolah). Informasi yang dihimpun, Bashir pernah mengajar di pondok pesantren di Magetan Jawa Timur. Pondok pesantren itu milik dari Abu Bakar Ba'asyir. (mik/udi)
Terduga Teroris ini Pernah Menolak Rumahnya Ditempel Stiker Gakin
Minggu 04-06-2023,21:07 WIB
Editor : Syaifuddin
Kategori :