Mengaku Pegawai Bank, Ternyata Suami Penipu (3)

Jumat 26-05-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Kalau dibandingkan gaji aparatur sipil negara (ASN) golongan IV-a atau laba bersih pemilik stan terbesar di pasar, rezeki Dundung yang diberikan kepada Maya masih lebih besar. Maya mengaku bersyukur andai pendapatan itu benar-benar dari gaji Dundung sebagai pegawai bank. “Aku benar-benar malu jika kabar Mas Dundung bekerja sebagai pengemis,” kata Maya. Malam Minggu selepas salat Isya akhirnya kami, Memorandum dan istri, Maya serta seorang wartawan foto akhirnya berangkat menuju tengah kota. “Aku dengar kabar bahwa Mas Dundung sering nongkrong di lampu-lampu bangjo,” kata Maya. Kami lantas menuju tempat-tempat keramian yang kemungkinan Dundung beraksi. Ada beberapa tempat yang bakal kami tuju, antara lain Taman Bungkul, balai kota, dan Taman Prestasi. Kalau belum berhasil dan waktu masih memungkinkan, kami akan memperluas area pencarian. Bisa jadi ke Kenjeran atau Taman Mundu. Singkat cerita, kami naik-turun kendaraan, berkeliling ke tempat-tempat sesuai rencana tadi, dan mempertajam pandangan di setiap traffic light (TL). Tapi, untuk sementara hasilnya nol. Upaya seperti itu sudah kami lakukan hingga sepuluh kali lebih, tapi belum juga membuahkan hasil. Memorandum sendiri kadang ikut mereka, tapi lebih sering tidak karena harus bekerja. Nah, ketika kebetulan Memorandum tidak ikut dan sedang mengetik di kantor, tiba-tiba HP berdering. Ternyata dari Maya. Dia mengaku mencurigai seseorang yang mirip suaminya sedang minta-minta di sebuah TL. Namun, tak lama kemudian dia menepis kecurigaannya sendiri karena orang yang sedang minta-minta itu bukan Dundung, tapi hanya mirip. Walau begitu, kalau memang memungkinankan, Memorandum meminta Maya mengikuti ke mana orang itu pergi. Maya setuju. Dia turun dari mobil dan diam-diam mengikuti orang itu dari jarak aman. Diam-diam Maya juga mengambil gambarnya. Sayang, upaya ini harus patah di tengah jalan karena orang tadi tiba-tiba menghilang ditelan keramaian orang-orang menyeberang jalan. Di rumah, Maya menunjukkan hasil jepretannya terhadap peminta-minta yang dia curigai. Memang ada kemiripan dengan Dundung. Cuma, wajah orang itu tampaknya lebih tua, lebih kotor, dan badannya lebih kekar. Selain itu, kakinya buntung sebelah. Tapi, bisa saja kan itu dandanan Dundung saat “bekerja”? Keesokan harinya Sabtu malam Minggu, Memorandum memiliki waktu untuk membantu Maya. Kami kembali menyusuri jalan dan mencari TL yang kemarin. Ketemu. Ternyata di depan Stasiun Gubeng, dekat kompleks Monumen Kapal Selam. (jos, bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait