Istri yang Dicuri Kehormatannya oleh Mantan Pacar (4)

Selasa 18-04-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Rumah tangga Rizki-Susan berjalan tanpa kendala. Tidak pernah sekali pun terjadi prahara. Hingga suatu malam sepulang dari tugas dinas dua minggu di Korea, tiba-tiba Rizki dipeluk erat Susan. Dia membisikkan kata-kata lembut, “Mas, aku hamil.” Rizki senang bercampur terkejut. Senang karena tidak lama lagi dia bakal menjadi seorang ayah, namun terkejut karena tak menyangka prosesnya secepat itu. Tapi, keragu-raguan Rizki segera terjawab. Beberapa orang tua mengatakan hal itu sangat wajar. Istilah Jawanya mapag. Bila persemaian dilakukan sebelum haid, pas masa subur, kehamilan amat mungkin terjadi. Nah, mungkin itulah yang terjadi pada Susan. Kesibukannya yang padat tak memberi kesempatan sejenak pun bagi Rizki untuk menemani sang istri kontrol ke dokter. Dia hanya minta laporan dari Susan apa saja nasihat dokter dan apa saja yang harus dihindari. Segala permintaan Susan selalu dituruti, apalagi bila permintaan itu disertai alasan ngidam atau keinginan sang baby. Susan diperlakukan bagai seorang ratu. Tidak boleh bekerja keras, harus banyak istrahat dan mengonsumsi buah, tidak boleh telat minum vitamin, dll. Susan juga diikutkan senam ibu hamil. Tapi karena penasaran ingin tahu bagaimana perkembangan bayinya di rahim sang istri, Rizki sengaja menyisihkan waktu untuk menemani Susan kontrol ke dokter. Suatu sore mereka berangkat berdua ke tempat praktik dokter di rumah sakit ternama di kawasan Waru. Dengan telaten keduanya menunggu panggilan dokter, karena pasien yang antre sangat banyak. Sambil merengkuh mesra pundak istrinya, Rizki berkata, “Yayang sudah mempersiapkan selamatan mitoni jabang bayi kita,” bisiknya lirih. Karena baru kali ini bertemu dokter, Susan memperkenalkan suaminya. Dokter pun menyalami Rizki dengan jabat erat, “Selamat ya, Pak. Kandungan Bu Susan sudah melewati bulan kesembilan. Sebentar lagi Bapak menjadi seorang ayah. Selamat.” Kehamilan Susan sudah melewati bulan kesembilan? Bukankah baru satu setengah bulan yang lalu Susan memberitahukan kehamilannya? Waktu itu usia perkawian mereka masuk bulan kelima. Artinya, mereka baru menikah enam setengah bulan yang lalu. “Kalau begitu,  dengan siapa dia…?” batin Rizki sambil melirik Susan. Dia tidak kuasa melanjutkan pertanyaan batinnya. Dia terus melirik Susan yang terus menunduk. Dari tempak praktik dokter hingga sampai rumah, Susan tidak berani mengangkat wajah. Dia juga diam seribu bahasa. Rizki sekuat tenaga menjaga emosinya agar jangan sampai meledak di perjalanan. Apalagi kala menyetir mobil. Ungkapan dokter yang menyatakan kehamilan Susan sudah melewat bulan kesembilan benar-benar menampar hatinya. Luka. Perih. Susan yang dianggap Rizki sebagai pilihan terbaik ternyata... (jos, bersambung)    

Tags :
Kategori :

Terkait