Penggalan Kisah Sedih Istri Seorang Guru Sederhana (1)

Senin 06-03-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Endang (samaran) menjalani rumah tangga dengan penuh kebahagiaan. Suaminya, sebut saja Dirman, yang ganteng, lugu, dan penyabar, adalah guru SMA wasta di Surabaya. Dua buah hati mereka yang lucu menambah kebahagiaan. Mereka saling mengisi, saling menghibur, dan saling berbagi kasih sayang. Rumah kontrakan yang sempit di kawasan Wonokromo seolah terasa seperti istana. Sayang, cerita itu hanya terjadi pada awal-awal pernikahan. Sejak Dirman diangkat jadi kepala sekolah tingkah lakunya berubah drastis. Dirman tak lagi suka angrem di rumah. Pulang kerja, ada saja acaranya. Alasannya rapat. Dua tahun lalu Dirman pernah ditugaskan mengikuti pendidikan di Bandung. Cukup lama, 10 bulan. Selama itu dia hanya pulang tiga kali. Alasannya, pekerjaan di Bandung sangat padat. Yang mengejutkan, pada kepulangannya yang terakhir Dirman tidak dengan tangan kosong. Dia membawakan oleh-oleh untuk Endang. Madu. Bukan madu hasil ternak tawon, melainkan madu cinta. Dirman membawa pulang istri muda. Namanya sebut saja Yeyen (30). Endang tidak bisa serta merta menolak, karena Yeyen sudah berbadan dua. Tak lama kemudian Dirman menikahi Yeyen secara resmi di meja KUA. Walaupun tidak ikhlas, Endang berusaha menerima Yeyen menjadi istri kedua Dirman. Yang tidak dia sangka, ternyata suaminya dengan tega menampung Yeyen di rumah mereka yang sempit. Jadilah kisah rumah tangga Endang seperti judul film nasional zaman dulu: Serumah Dua Cinta. Sakit hati demi sakit hati pun bertubi-tubi mendera Endang. Perempuan yang dulu tampak sehat itu semakin hari semakin tampak kuyu dimakan penderitaan. Toh begitu, karyawati koperasi simpan-pinjam ini mencoba terus bertahan. “Demi anak-anak. Mereka masih kecil-kecil. Kalau bukan lantaran mereka, sejak awal kehadiran Mak Lampir (sebutan Endang untuk Yeyen, red) aku sudah minta cerai,” kata Endang kepada pengacaranya di kantornya, sekitaran Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, baru-baru ini. Sikap Dirman berubah Sepertinya dia tunduk di bawah pengaruh Yeyen. Semua serba untuk Yeyen, Yeyen, dan Yeyen. Endang dan anak-anaknya hanya mendapatkan sisa. Kini setiap hari Endang dan anak-anaknya merasakan ketidakadilan perilaku Dirman. Walau begitu, mereka tak dapat berbuat apa-apa. Apalagi, anak-anak yang sama sekali belum memahami sepenuhnya arti rumah tangga. Bisa dikatakan 90 persen perhatian Dirman ditumpahkan kepada Yeyen. Sepuluh persen sisanya baru dibagi untuk Endang dan kedua anaknya. “Tapi biarlah, kami akan mencoba bersabar sampai pada batasnya,” tambah Endang. (jos, bersambung)    

Tags :
Kategori :

Terkait