Cintanya Berkobar dan Padam di Tanah Rencong, Aceh (6-habis)

Selasa 14-02-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Dengan sangat santun Karman meneruskan bahwa dia sangat yakin Andung akan menerima menerima dirinya 100 persen. Suatu saat, entah kapan. “Jadi, Kakak ingin ridho untuk menyentuhmu,” kata Karman. Untuk sementara tanpa mempedulikan perasaanmu, kata Karman, dia tidak menunaikan kewajiban sebagai suami di malam pertama. “Sementara, kau sendiri mematung dengan deraian air mata karena terpaksa melayani Kakak? Kau istriku Dek, sekali lagi kau istriku. Kau tahu, Kakak sangat mencintaimu. Kakak akan menunaikan semua itu manakala di hatimu telah ada cinta untuk Kakak. Agar kau tidak merasa diperkosa hak-hakmu. Agar kau bisa menikmati apa yang kita lakukan bersama. Alhamdulillah apabila hari ini kau telah mencintai Kakak. Kakak juga merasa bersyukur bila kau telah melupakan mantan kekasihmu itu. Beberapa hari ini Kakak perhatikan kau juga telah menggunakan busana muslimah yang syar’i. Pinta Kakak kepadamu Dek, luruskan niatmu, kalau kemarin kau mengenakan busana itu untuk menyenangkan hati Kakak semata, maka sekarang luruskan niatmu. Niatkan semua itu untuk Allah ta’ala, selanjutnya bari untuk Kakak.” Mendengar semua itu, Andung memeluk suaminya. Dia merasakan Karman adalah lelaki terbaik yang pernah dijumpai selama hidup. Dia bahkan telah melupakan Andi. Dia merasa bahwa malam itu menjadi wanita yang paling bahagia di dunia. Sebab, meski dalam keadaan sakit, untuk kali pertama Karman mendatangi sebagai seorang suami. Hari-hari mereka lalui dengan bahagia. Karman begitu sangat kharismatik. Terkadang dia seperti seorang kakak, terkadang seperti orang tua. Darinya Andung belajar banyak hal. Perlahan Karman mulai meluruskan niat Andung dengan menggunakan busana yang syar’i, semata-mata karena Allah dan untuk menyenangkan hati suami. Sebulan setelah malam itu, dalam rahim Andung telah tumbuh benih-benih cinta. Alhamdulillah, Andung sangat bahagia bersuamikan Karman. Darinya dia belajar banyak tentang agama. Hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan. Ternyata Karman mencintai Andung lebih dari apa yang dia bayangkan. Dulu Andung hampir saja melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangannya. Dia pikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama setelah lahir Abdurrahman, hasil cinta keduanya. Di akhir 2018, Karman kecelakaan dan usianya tidak panjang. Karman meninggal sehari setelah kecelakaan tersebut. Andung sangat kehilangan. Dia seperti kehilangan penopang hidup. Kehilangan kekasihku. Kehilangan murobbi, kehilangan suami. Tidak pernah terbayangkan bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat. Yang tidak pernah aku lupakan di akhir kehidupannya Karman, dia masih sempat menasihatkan sesuatu padaku, “Dek, pertemuan dan perpisahan itu fitrahnya kehidupan. Kalau ternyata kita berpisah besok atau lusa, Kakak minta kepadamu, jaga Abdurrahman dengan baik. Jadikan dia sebagai mujahid yang senantiasa membela agama. Senantiasa menjadi yang terbaik untuk umat. Didik dia dengan baik Dek, jangan sia-siakan dia.” (jos, habis)

Tags :
Kategori :

Terkait