Derita si Cantik Nikah namun Bertahan dalam Keperawanan (4-habis)

Selasa 07-02-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Kalau Budi bisa menikmati keanehannya, itu urusan dia sendiri. Bukan urusan Farida. Perempuan ini menyatakan berhak menuntut kualitas kehidupan sesuai standar dia sendiri. Farida bisa berkata seperti itu karena sudah memberi rentang waktu panjang bagi Budi untuk membuktikan diri bahwa dia bisa berubah seperti lelaki normal lain. Nyatanya waktu berlalu tanpa ada perubahan. Perempuan tinggi dan jenjang ini bahkan sudah membantu sekuat tenaga dan pikiran dalam membantu suaminya. Kalau memang tidak bisa diubah, ya sudah, terima apa adanya dengan risiko apa pun. Dia tidak ingin demi menjaga nama baik keluarga, kehidupan privasinya hancur berantakan. Dalam agama yang diyakini Farida tidak ada pengorbanan semacam itu. Hak-hak setiap individu tetap harus dihormati, baik pria maupun wanita. Perempuan tidak berada di bawah pria. Mereka sejajar. Untuk hal-hal tertentu, kedudukan perempuan bahkan jauh berada di atas pria. Surga saja digambarkan berada di bawah kaki ibu, kaum perempuan; bukan di bawah kaki ayah. Menurut Win, Farida dipaksa menjalani rumah tangganya dengan Budi agar harga diri keluarga, terutama keluarga Budi, tidak jatuh di mata masyarakat. Bagaimana kata tetangga dan orang-orang mendengar Budi ternyata wong aneh, bencong, gak lanang gak wedok, LGBT, dst, dll, dsb? Keluarga malu bila ketahuan anaknya gak ngalor gak ngidul. Sulit dibayangkan! Permintaan ayah dan ibu Budi itu, juga orang tuanya—yang masih berkerabat jauh dengan keluarga Budi—bisa dimaklumi Farida. Walau begitu, haruskah Farida menuruti permintaan tersebut meski justru merugikan diri sendiri? Karena itu, dengan tanpa sepengetahuan kedua keluarga, Farida diam-diam menemui Win untuk minta tolong diuruskan gugatan cerainya. Kini perceraian mereka sudah menjelang masuk masa sidang. Budi mengaku pasrah dan akan mempermudah proses sidang agar keinginan Farida untuk berpisah darinya cepat terealisasi. Agar masa depannya berjalan sesuai keinginan Farida sendiri. “Nah, kalau Sampeyan punya anak atau keponakan lelaki yang kira-kira pantas jadi pendamping dia (sambil tangannya mengode menunjuk Farida, red), tak kasih alamat. Siapa tahu mereka berjodoh?” kata Win, kemudian tersenyum. (jos, habis)  

Tags :
Kategori :

Terkait