Andai di hatinya tidak ada cinta, sudah lama Linda meninggalkan Bandi. Biarlah suaminya yang berperilaku menyimpang itu menyelesaikan urusannya dengan Tuhan Yang Mahakuasa. Setelah Bandi menunaikan dendam, Linda berharap sikap lelaki pujaannya itu kembali seperti semula: mencintanya. Seperti dulu. Ia mencoba menghilangkan bayangan buruk soal wanita nakal yang dibawa pulang Bandi. Ingin menguburnya dalam-dalam. Ingin menghapusnya dari memori. Tapi sulit. Semakin mencoba melupakan, bayangan itu terlihat semakin nyata. Ketika sedang melayani Bandi pun, Linda merasakan dirinya bukan lagi Linda, melainkan orang lain. Kalau sudah begitu, jiwanya drop. Semangat melayani suami seperti menguap tiba-tiba. Badannya lemas. Pandangannya kabur. Sudah begitu, Bandi masih menambah sakit hatinya dengan mengatakan bahwa itu adalah karma Linda yang berkhianat sebelum menikah. Omongan seperti ini selalu diulang-ulang. Diulang-ulang. Linda selalu menepisnya, tetapi tidak pernah dipercaya. “Tidak ada buktinya. Tidak ada sama sekali. Masih mending anak kemarin. Masih perawan tingting. Darah masih menetes. Tidak rugi aku membayarnya mahal-mahal,” tandas Bandi membandingkan Linda dengan gadis yang diajaknya ke rumah tempo hari.. Ketika mendengar ini, Linda sudah tidak bisa menahan kesabaran. Kabut gelap langsung menyelimuti seluruh tubuh dan pelan-pelan mengangkatnya ke langit emosit. Linda baru sadar ketika berada di ranjang rumah sakit. Ada ayah dan ibunya di sana, tapi Bandi tidak tampak. Beberapa saudara dan kerabat berdiri di kiri-kanan dan di sisi kaki ranjang. Menurut ayahnya, tadi Bandi menelepon. Katanya Linda pingsan. Keluarga lantas menyusul ke rumah sakit. Dari Bandi, mereka mendapat cerita bahwa Linda tidak sadarkan diri setelah terjatuh di depan pintu kamar mandi. Cerita itu disampaikan ayah Linda, sebut saja Sapari. Tentu Linda kebingungan. Sebab, dia tidak pernah merasa jatuh. Dia pingsan justru setelah mendengar cerita Bandi soal wanita nakal yang keperawanannya dibayar mahal oleh suaminya. Tapi, sudahlah. Apa pun yang terjadi, dia sudah memutuskan bakal minta cerai. Sepulang dari rumah sakit, dia akan mengurus gugatan cerai itu. Gugatan sudah diajukan. Tapi hampir setahun berlalu, belum ada putusan dari PA. “Aku nggak pakai pengacara. Sekarang terpaksa minta tolong pengacara karena kabarnya kalau tidak pakai pengacara agak sulit dan lama. Gitu kata orang-orang,” ujar Linda. Linda sudah sekitar setahun pula tidak bertemu Bandi. Sejak mengajukan gugatan cerai. Dia pulang ke rumah orang tuanya, sementara Bandi tinggal sendirian di rumah kontrakan. Ketika Linda sedang berkonsultasi dengan pengacara yang hendak dipasrahi mengurus perceraiannya, tiba-tiba muncul lelaki muda. Dia langsung memeluk Linda dan menangis sesenggukan. (jos, bersambung)
Ketika Malam Pengantin Tidak Menimbulkan Bercak Darah (2)
Jumat 27-01-2023,10:00 WIB
Editor : Agus Supriyadi
Kategori :