Surabaya, memorandum.co.id - Tiga mahasiswa asal Universitas Trunojoyo Madura (UTM) tampak antusias menuju ke Bandara Internasional Juanda Surabaya. Mereka adalah Musyafak, Putri Nur Diana, M Afifu Sholeh. Mereka hendak bergegas mengikuti ajang bergengsi di Negeri Jiran, Malaysia. Keluarga dan kerabat turut mengantarkan keberangkatan mereka dengan penuh bangga. Musyafak, Putri, dan Afifu tergabung dalam satu tim yang bernama Trunojoyo Team. Mereka siap bersaing dengan 30 negara lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan Pakistan selama 2 hari. Putri yang untuk kali pertamanya naik pesawat ke luar negeri merasa sedikit ketakutan. Terutama pada saat dia melangkahkan kaki memasuki badan pesawat. Membuatnya tidak banyak berbicara. “Sedikit takut karena akan ada di atas udara selama 3 jam. Jadi lebih banyak berdoa agar selamat sampai tujuan,” kenang Putri, Kamis (15/12). Berbeda dengan dirasakan oleh Afifu, justru dia lebih bersemangat dan memilih untuk duduk di dekat jendela. Bagi Afifu, menikmati pemandangan di atas udara adalah pengalaman berharga dan mahal untuk dinikmati. “Pengalaman seperti ini sangat mahal dan perlu diabadikan,” ujar Afifu. Pesawat terus bergerilya. Sesaat kemudian mulai mendekat ke tanah kelahiran Upin-Ipin. Kala itu, langit Malaysia terasa menyenangkan untuk dinikmati. Apalagi dari ketinggian 18000 kaki yang dipenuhi dengan perkebunan sawit dan gunung kapur. Seakan mengukir permukaan bumi. Pengalaman ini mengiringi mereka sebelum akhirnya lepas landas di Bandara Kuala Lumpur International Airport Terminal 2 yang sedang bercuaca dingin. Beruntungnya, mereka bertemu dengan warga Indonesia. Yakni, Gatot, yang sedang bekerja di Negeri Jiran ini dan membantu ketiga mahasiswa dengan membelikan tiket bus ke Kuala Lumpur Centre serta mengurus segala hal imigrasi. “Mereka itu sudah kaya anak saya sendiri. Jadi nggak perlu sungkan. Anak saya di luar negeri gini juga sering dibantu orang,” ungkap Gatot. Negeri Malaysia yang dihuni oleh berbagai ras dan etnik membuat perbedaan budayanya begitu kental dan lebih didominasi oleh pendatang. Berbeda dengan keberagaman di Indonesia yang masih didominasi oleh warga Indonesia itu sendiri. Hal ini diungkap langsung oleh Musyafak. “Culture shock banget sama kebudayaan mereka yang diversity and ethnic varietifynya itu kental. Ada orang-orang India, China, bule-bule. Malah orang Malay-nya gak terlalu dominan. Benar-benar kaget,” ucap Musyafak. Pengalaman ini lantas menjadi hal yang sangat berharga dan tidak akan pernah dilupakan oleh mereka, tim yang mewakili Universitas Trunojoyo Madura untuk satu Indonesia. (mg3/bin)
Keseruan 3 Mahasiswa Trunojoyo Madura Bertandang ke Malaysia
Kamis 15-12-2022,20:14 WIB
Editor : Syaifuddin
Kategori :