Surabaya, memorandum.co.id - Keluhan Sujatmiko, warga Bulak Rukem Timur Gang I-N, Kelurahan/Kecamatan Bulak, terkait tagihan bulan November yang membengkak tidak wajar, direspons PDAM Surya Sembada dengan mengirimkan petugas ke lokasi. Setelah dicek petugas, Senin (25/11), akhirnya pelanggan meminta meter air diganti baru.
Pelanggan memang kerap kali dibuat bingung dengan tagihan PDAM yang tiba-tiba membengkak beberapa kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya. Ironisnya, pelanggan tak bisa berkutik. Mereka harus membayar tagihan tersebut, jika tidak akan diputus. Padahal, pembengkakan itu bisa jadi bukan semata-mata kelalaian pelanggan.
Ini terungkap ketika petugas PDAM mengecek ke rumah Sujatmiko, warga Bulak Rukem Timur Gang I-N, Kelurahan/Kecamatan Bulak, Senin (25/11). Kedatangan petugas tersebut karena ada laporan Sujatmiko yang tagihan PDAM mengalami kenaikan tidak wajar. Rata-rata tagihan per bulan paling tinggi Rp 45 ribu, namun pada tagihan November mencapai Rp Rp 320. 650. Ini berarti ada pembengkakan tagihan sebesar Rp 275.650. Bayangkan, jika di Surabaya ada seribu pelanggan yang mengalami kejadian serupa, maka pelanggan menderita kerugian Rp 275.650.000
Sujatmiko menuturkan, petugas PDAM yang mengecek meter air di rumahnya berasumsi bahwa tagihan PDAM itu membengkak karena pipa di dalam rumah bocor. Namun hal tersebut dibantah mentah-mentah oleh Sujatmiko. Sebab, air dari meteran itu langsung menuju tandon di bawah tanah. Lalu air itu disalurkan dengan cara memompa ke tandon atas. “Artinya, kalau ada kebocoran pipa di rumah itu hanya terdampak pada tandon atas yang akan cepat habis airnya. Sedangkan meteran tidak berpengaruh apa-apa,” terang dia.
Dia menambahkan, persoalan muncul ketika meter air ditutup, ternyata masih ada air yang keluar dari pipa sambungan rumah ke tendon, meski tidak banyak atau gemericik. Dan, itu pun ia mamasang alat otomatis jika air tandon penuh maka otomatis aliran air dari meteran akan berhenti. “Karena itu, saya meminta kepada petugas untuk mengganti meter air, Jika tidak, tagihan akan terus membengkak. Padahal selama ini pengggunaan air tetap stabil karena hanya lima orang di rumah,” ungkap dia.
Menyikapi kondisi tersebut, Ketua Dewan Pelanggan (DP) PDAM Surabaya Ali Musyafak mengatakan , jika itu persoalan klasik yang sampai sekarang belum ada penyelesaiannya. Kerap kali kenaikan tagihan itu terjadi penuh dengan tanda tanya karena alasan pipa bocor atau terkena kenaikan dampak dari pemakaian. Biasanya persoalan tersebut kerap terjadi menjelang tutup tahun.
Di sisi lain, pelanggan mengeluh debit air dan kualitas air yang bercampur lumpur atau pasir. Untuk itu, pihaknya meminta transparansi audit layanan secara terbuka. Terutama seberapa besar produksi air yang terserap ke pelanggan dan besarnya tekanan sampai meluber ke tandon.
Disinggung langkah apa yang harus dilakukan pelanggan terhadap kondisi tersebut, Ali mengatakan Dewan Pelanggan PDAM siap memberikan pendampingan bagi korban pembengkakan tagihan.”Kami siap untuk memberikan pendampingan dengan syarat pelanggan dapat memberikan informasi yang terbuka dan jujur,” tegas dia.
Sementara itu, kasus berbeda dialami beberapa warga di wilayah Tanjung Perak terkait kenaikan tarif bulanan PDAM. Mereka terkejut ketika tagihan naik hingga tiga kali lipat dibandingkan pembayaran sebelumnya. Padahal, penggunaan debit air yang dilakukannya tidak jauh berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya.
“Setelah kami mengadukan masalahnya ke kantor PDAM, ternyata pihak PDAM mengakui ada kenaikan. Karena rumah kami berada di daerah yang dianggap masuk wilayah dengan pelanggan yang tarif iurannya lebih tinggi,” keluh Agustina, warga di Jalan Ikan Mungsing kepada Memorandum.
Yang dikeluhkan, kok tiba-tiba ada klasifikasi seperti itu, tanpa ada informasi atau sosialisasi sebelumnya. “Kami tentu kecewa sekali dengan kondisi ini. Karena kami merasa dirugikan. Sebab, data yang mereka terima tentang kondisi rumah saya, tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka mendapatkan dari mana?,” ujar dia dengan nada tinggi. (udi/sr/dhi)