Surabaya, memorandum.co.id - Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya berkomitmen untuk mencegah pertumbuhan kasus stunting. Bahkan, pemkot juga berupaya menurunkan angka stunting. Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani mengatakan, sampai penghujung 2022 ini jumlah balita stunting berangsur turun drastis menjadi 1.055 kasus. Sebelumnya, pada 2020 angka stunting di Surabaya mencapai 12.788 kasus, lalu tahun 2021 turun menjadi 6.722 kasus. “Tetapi PR kita yang paling berat adalah tidak boleh ada stunting baru yang muncul. Makanya, kita terus melakukan berbagai upaya penanganan mulai dari hulu hingga hilir,” kata Rini, Jumat (9/12). Menurut Rini, stunting bukan hanya soal kesehatan saja, tapi juga ada yang spesifik dan sensitif. Karena itu, perlu dilakukan audit stunting sebagai upaya identifikasi risiko dan penyebab risiko pada kelompok sasaran berbasis surveilans rutin atau sumber data lainnya. Terutama kasus-kasus yang sulit termasuk mengatasi masalah mendasar pada kelompok sasaran audit berisiko stunting, yaitu calon pengantin (catin), ibu hamil, ibu menyusui/nifas, dan baduta/balita. “Oleh karena itu, dalam penanganan kasus stunting di Surabaya itu kita bergerak bersama-sama, karena ini bukan hanya menjadi tanggung jawab camat saja atau kepala puskesmas saja, tapi semua pihak harus bersama-sama mengatasi ini. Jadi, kita bergerak bersama dan mudah-mudahan ini bisa mencegah stunting yang baru jangan sampai ada penambahan,” tegasnya. Ddi Kota Pahlawan ini, kasus stunting dilakukan pencegahan dari hulu hingga hilir. Kalau dari hulu, pasangan catin diberikan mikronutrien dengan harapan janin yang dia kandung akan tumbuh bagus. Lalu ketika hamil juga diberikan susu, vitamin, dan pendampingan. Bahkan, ketika sudah melahirkan juga diberikan pendampingan, ada permakanan yang nantinya akan diganti dengan kudapan. “Kalau semua upaya ini berjalan dengan baik, insyaAllah kasus stunting di Surabaya bisa turun dan semoga tidak ada penambahan kasus stunting baru di Surabaya,” katanya. Rini juga menegaskan bahwa Surabaya terus bergerak menuju zero stunting. Meskipun pada kenyataan di lapangan tidak mungkin angka stunting itu sampai zero. Sebab, beberapa kasus terdapat penyakit bawaan pada bayi. Berangkat dari sini, jajaran pemkot terus berupaya menyelesaikan dan menyembuhkan penyakit bawaan itu dulu baru bergerak supaya anak tersebut tidak stunting. “Jadi, kita akan bergerak bersama untuk terus mencegah stunting baru di Surabaya,” tandas Rini. (bin)
Pemkot Surabaya Komitmen Cegah Stunting Baru
Jumat 09-12-2022,11:42 WIB
Editor : Aziz Manna Memorandum
Kategori :