Puasa Mata di Saat Kebosanan Melanda Rumah Tangga (2-habis)

Selasa 29-11-2022,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Win yang suka mendamaikan kliennya lantas minta Dudung bersabar dan pulang dulu. Dia juga berharap Dudung menjalankan nasihatnya bila benar-benar masih mencintai sang istri. “Asal dia tak lagi suka uring-uringan,” kata Dudung. Win kembali tersenyum. “Sesampai di rumah nanti, mulai hari ini juga, saya minta Panjenengan menjaga pandangan mata secara maksimal,” saran Win. “Maksudnya?” “Tundukkan wajah setiap hendak berhadapan dengan perempuan. Hindarkan mata dari memandangnya. Jangan lihat. Baik wajahnya, bodinya, maupun sekadar ujung hidungnya.” “Semua perempuan?” “Ya. Termasuk istri. Lakukan selama lebih kurang sebulan. Setelah itu Njenengan hanya boleh melihat wajah dan tubuh istri. Hanya istri. Apa saja yang ada padanya. Setop memandang perempuan lain.” “Lalu?” “Itu saja.” “Itu saja?” batin Memorandum. Sesederhana itu? Resep ini menancap permanen di memori dan hati. Memorandum, yang sejatinya juga merasakan perasaan yang sama dengan Dudung, bertekad dalam hati untuk mempraktikkannya. Sejak hari itu, Memorandum benar-benar menjaga mata agar tidak mendaratkan pandangan di tempat salah. Setiap mendengar suara perempuan, Memorandum berusaha mengalihkan wajah ke tempat lain agar tidak memandang perempuan tadi. Kalaupun terpaksa sekilas melihat perempuan, Memorandum segera menunduk atau menoleh ke tempat lain. Pada hari pertama, kedua, hingga ketiga, hal ini terasa berat. Saat mendengar suara seksi seorang perempuan, sepertinya ada kekuatan di bawah sadar untuk segera melihatnya. Alhamdulillah, sejak hari keempat dan seterusnya Memorandum sudah terbiasa mengendalikan pandangan agar tidak melihat wajah dan tubuh perempuan. Juga istri di rumah. Tempo hari, beberapa hari lalu, sebenarnya puasa mata Memorandum sudah usai. Sudah boleh berbuka. Memorandum berencana berbuka sepulang kerja, malam itu. Tapi karena ada undangan pernikahan di Paciran, Lamongan, Memorandum sengaja menundanya. Kebetulan Memorandum diberi jatah menginap di Tanjung Kodok Beach Resort. Begitu masuk pintu hotel, Memorandum mengangkat wajah, melihat wajah istri. Perempuan yang sejak dulu Memorandum kagumi kecantikannya, sore itu tampak semakin cantik. Cuuuaaantik. Pol. Memorandum ingin menerkamnya bak singa padang pasir bertemu anak domba. Oh no, oh yes! Dua hari kemudian Memorandum ke kantor Win. Sengaja, karena kebetulan waktu itu Win janjian bertemu Dudung. “Terima kasih,” kata Dudung kepada Win. Dudung mengaku tidak jadi menceraikan istrinya. ”Betul. Puasa mata yang saya jalani mampu menyatukan cinta kami lagi,” kata Dudung. Memorandum tersenyum dalam hati. (jos, habis)    

Tags :
Kategori :

Terkait