Surabaya, memorandum.co.id - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke RSUD dr M Soewandhie, Senin (28/11/2022) siang. Tiba di rumah sakit pemerintah itu, Wali Kota Eri marah besar. Sebab pelayanan kesehatan terbilang lamban. Pasien antre sejak pagi, namun baru dilayani siang hari. Hal tersebut diketahui wali kota usai bertanya kepada dua ibu lanjut usia (lansia) yang hendak pulang seusai mendapatkan perawatan di Poli Orthopedi. “Bagaimana Bu pelayanannya? Apakah lebih cepat atau bagaimana?” tanya Wali Kota Eri kepada ibu lanjut usia itu. Saat itu, salah satu ibu menjelaskan bahwa pelayanannya sangat lama. Bahkan, dirinya juga menjelaskan kalau sudah antre sejak pagi dan baru dilayani siang harinya. Mendapatkan keluhan itu, lalu dengan sopannya Wali Kota Eri mengajak dua ibu lansia itu menuju Poli Orthopedi lagi. Di poli tersebut, Wali Kota Eri langsung menanyakan kepada para perawat yang sedang bertugas tentang masalah lamanya antrian di poli tersebut. Selain itu, wali kota juga menanyakan televisi yang menunjukkan nomor antrean, karena di poli tersebut tidak ada. Perawat lantas menjelaskan bahwa yang membuat lama hingga ibu setengah baya itu baru bisa dilayani karena berkas rekam medisnya baru datang. “Oh berarti ini perkara rekam medisnya yang lama,” kata Eri sembari meminta ajudannya untuk memanggil manajemen RSUD dr M Soewandhie. Setelah manajemen datang, wali kota menanyakan alasan lamanya rekam medis itu dikirim ke Poli Orthopedi. Mereka pun mengakui bahwa berkas ibu tersebut sempat tidak ketemu di ruang berkas rekam medis. Wali Kota Eri pun tambah heran dan akhirnya mengajak mereka ke ruang berkas rekam medis. “Ayo ke ruang rekam medis, saya pengen tahu apa masalahnya,” tegasnya dengan nada yang mulai meninggi. Tiba di ruang berkas rekam medis itu, Wali Kota Eri tambah marah karena pelayanan di tempat tersebut sedikit. Padahal, pasien yang membutuhkan berkas rekam medis sangat banyak. Wali kota pun memasuki ruangan yang penuh berkas rekam medis itu. Eri semakin marah karena berkas-berkas itu miring-miring dan kurang tertata dengan rapi. “Ya pantas saja lama carinya, wong penataannya begini, tidak teratur seperti ini. Kalian tahu nggak, itu ada yang rekam medisnya lebih cepat dikirim lalu dilayani, tapi yang tidak datang-datang rekam medisnya sampai lama tidak dilayani pemeriksaannya. Saya sudah bilang buatlah inovasi, ini wargaku yang kalian suruh nunggu lama, kalian tahu nggak?” tanya Wali Kota Eri kepada para staf yang bagian mencari rekam medis di ruang tertutup itu. Di ruangan tersebut, wali kota tampak sangat kecewa dengan para staf itu. Sebab, berkali-kali wali kota bertanya seakan tidak menemukan solusi. Rasa kecewa itu pun ditunjukkan dengan membanting berkas rekam medis itu ke lantai. Di tengah suasana yang serba kurang enak itu, tiba-tiba ada salah seorang ASN perempuan yang berbisik-bisik sesama staf lainnya. Mereka seakan membela diri soal penataan ruang rekam medis itu. Ternyata hal itu didengar oleh Wali Kota Eri. Akhirnya, ASN itu dipanggil oleh wali kota. “Masak penataannya seperti ini masih dibilang rapi? Ayo kalian semua ikut saya biar kalian tahu bagaimana warga saya yang sakit antri, kasihan warga saya itu,” kata Eri sambil mengajak dan menggandeng ASN perempuan itu naik lift menuju Poli Orthopedi. Tidak hanya itu, Eri juga mengajak semua staf di ruang rekam medis itu untuk ikut serta ke Poli Orthopedi. Tiba di depan Poli Orthopedi, Wali Kota Eri menunjukkan betapa lamanya antrean di poli tersebut hanya karena berkas rekam medis yang tidak dikirim-kirim oleh mereka. “Ini dilihat. Mereka ada yang sudah antre dari pagi baru dilayani karena rekam medisnya nggak datang-datang. Kalian itu kerja di sini dibayari oleh APBD, jangan disia-siakan wargaku,” kata Eri dengan nada tinggi. Tak lama kemudian, Wali Kota Eri meminta maaf kepada warga yang sudah antre lama. Setelah itu, dia langsung mengajak manajemen RSUD Soewandhie untuk rapat internal. Dalam rapat internal itu, Wali Kota Eri meminta manajemen RSUD Soewandhie untuk menyiapkan berkas rekam medis sehari sebelum pasien berobat. Karena sebagian besar dari mereka sudah daftar satu hari sebelumnya di aplikasi mereka. “Jadi, saya minta sebelum poli-poli ini buka, berkas rekam medisnya sudah harus ada di mejanya poli. Itu bagi yang sudah daftar online. Bagi yang baru daftar bisa dipisahkan dan langsung disiapkan juga dengan terpisah,” tegasnya. Tidak hanya itu, Eri juga meminta manajemen RSUD Soewandhie untuk menata kembali dokter-dokter yang bertugas di setiap poli. Kebutuhan dokter itu disesuaikan dengan banyaknya pasien yang datang setiap harinya. “Misal poli ini butuh 4 dokter, jadi 4 dokter itu tidak boleh kemana-mana sampai semua pasiennya terlayani semua. Tolong itu ditata semua dan nanti akan kita masukkan ke kontrak kinerja para manajemen ini,” tandasnya. Kala itu, Eri juga meminta mereka untuk menyiapkan televisi di setiap poli yang menunjukkan nomor antrean pasien, sehingga pasien bisa tahu nomor antrean yang sudah dilayani dan belum dilayani. “Saya tidak mau tahu, pokoknya tiga ini harus sudah selesai seminggu ke depan, itu akan saya masukkan ke kontrak kinerja para manajemen RSUD Soewandhie, kalau sudah tidak mampu menyelesaikan itu ya sudah, bisa mengundurkan diri,” tegasnya. Sementara itu, Direktur RSUD dr M Soewandhi dr Billy Daniel Messakh memastikan pihaknya akan langsung melakukan perbaikan-perbaikan setelah pertemuan dengan Wali Kota Eri itu. Bahkan, dia juga mengaku sudah menemukan beberapa solusi untuk memperbaiki pelayanan di rumahnya sakitnya itu. “Habis ini kita akan langsung melakukan perbaikan-perbaikan,” cetusnya. (bin)
Pelayanan Lamban, Wali Kota Eri Ngamuk di RSUD dr M Soewandhie
Senin 28-11-2022,18:21 WIB
Editor : Syaifuddin
Kategori :