Perkembangan TikTok dari Media Sosial Hiburan Menjadi Media Sosial Edukasi

Sabtu 19-11-2022,11:55 WIB
Oleh: Agus Supriyadi

Oleh: Farikha Rachmawati, M.I.Kom (Dosen Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur) Tiktok kini sedang naik daun dan diramalkan akan menjadi media sosial terbesar ketiga setelah facebook dan Instagram. Reputasi TikTok menurut Pratama (2022) diprediksi akan semakin populer di tingkat global. Menurut perusahaan riset Insider Intelligence, TikTok diramah akan lebih besar dari Twitter, dan akan membayangi Facebook dan Instagram, dari segi jumlah pengguna aktif. Tiktok pada awal peluncurannya sempat diblokir pada tahun 2018 oleh Kominfo dikarenakan dianggap sebagai media sosial yang “membodohkan pengguna”, tetapi kini TikTok mulai bergerak positioning menjadi media sosial edukasi. Pada tahun 2020 aplikasi Tik Tok menjadi budaya populer di Indonesia. (Hasiholan, Pratami, & Wahid, 2020). Hal ini berkaitan dengan penuturan Sorrels (2015) bahwa kemudahan akses ke informasi memiliki dampak signifikan pada budaya populer yang ada di suatu negara. Head of Operations TikTok Indonesia Angga Anugrah Putra mengatakan, bahwa Tiktok sejak 2020 bekerjasama dengan Kemenristekdikti dengan membuat hashtag #samasamabelajar. Melalui kampanye ini, TikTok membuat terobosan baru dengan membuat social movement dengan membuat Tiktok Class untuk memberikan kesempatan pada siapapun menjadi kreator edukasi. Tahun 2022 Data Periklanan ByteDance menyebutkan jumlah pengguna TikTok di Indonesia mencapai 92,07 juta. Kampanye menurut International Freedom of expression Exchange (IFEX) adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan-tujuan praktis yang mengejar perubahan. Aktifitas kampanye memiliki dampak untuk mempengaruhi dengan mengharapkan komunikasi dua arah. Pembuat keputusan pun mempunyai dua pilihan,yaitu: pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung yakni melalui saluran media tertentu yang membentu pendapat umum lalu memberikan dukungan terhadap kegiatan kampanye (Liliweri, 2011). TikTok konsisten meluncurkan kampanye edukasi berkelanjutan seperti #samasamabelajar dan #serunyabelajar. Kampanye #SamaSamaBelajar pada Mei 2020 diawali saat peringatan Hari Pendidikan Nasional berkolaborasi dengan Kemendikbudristek. Dalam kampanye ini ada berbagai kegiatan yang dilakukan antara lain kompetisi dan webinar bersama IGI, JSDI yang diikuti lebih dari 2000 guru di 10 wilayah Indonesia untuk memperkenalkan TikTok sebagai salah satu medium pembelajaran jarak jauh (PJJ). Kampanye lanjutannya merupakan kampanye #samasamabelajar 2.0 pada tanggal 18 Maret 2022 telah mencapai 89,9 Milyar posting. Melalui kampanye-kampanye edukasi ini, marketing public relations #samasamabelajar dan #serunyabelajar Tiktok dapat memperbaiki citra “aplikasi bodoh” dan mendapatkan respon positif dari masyarakat. Salah satu pendorong keberhasilan kampanye TikTok ialah berhasil membuat partisipasi yang tinggi dari masyarakat. Hasil penelitian Ahlse, Nilsson, & Sandström (2020) menunjukkan bahwa teori Uses and Gratification dapat digunakan dalam menjelaskan motivasi yang mendasari untuk berpartisipasi dalam #challenges di TikTok. Dengan menarik hubungan antara Teori Penggunaan dan Gratifikasi dan data empiris, model yang direvisi ditemukan untuk memasukkan enam bentuk motivasi tradisional dengan struktur sebagai motivasi umum ketujuh tambahan di TikTok. Selain factor hiburan, factor edukasi menjadi factor yang penting. Hasil penelitian Rachmawati, Wibowo, dan Arianto (2022) menjelaskan bahwa hasil analisis big data algoritma tech menunjukkan terdapat 975 video konten #samasamabelajar 2.0, 9,11 milyar views yang melibatkan 416 users. Tiktok bergerak untuk memberikan positioning baru sebagai media sosial edukasi bekerja sama dengan Kemendikbudriset. Pemerintah bekerja sama dengan TikTok melalui kampanye edukasi berkelanjutan. Setelah usai dengan #samasamabelajar, November 2022 TikTok Kembali mengajak partisipasi melalui #serunyabelajar. Pembuatan tagar-tagar edukasi secara berkelanjutan, pembuatan Tiktokclass dan University Class Week menandakan perkembangan TikTok dari media sosial hiburan menjadi media sosial edukasi.

– memorandum.co.id tidak bertanggung jawab atas isi opini. Opini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis seperti yang diatur dalam UU ITE –
 
Tags :
Kategori :

Terkait