Tanggung Jawab Moral Tragedi Kanjuruan

Kamis 27-10-2022,05:34 WIB
Oleh: Agus Supriyadi

Direktur PT Liga Indonesia Baru (LIB) Ahmad Hadian Lukita akhirnya ditahan. Sebelumnya, penyidik Polda Jatim menetapkan Hadian sebagai tersangka. Dia tidak sendiri. Hadian ditahan bersama Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) pertandingan Arema vs Persebaya, Abdul Haris. Juga Security Officer Suko Sutrisno. Tidak ketinggalan tiga tersangka lainnya dari anggota polisi. Masing-masing, Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, Damki Satbrimob Polda Jatim AKP Hasdarman serta Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Didik Sidik Ahmadi. Menariknya, Taufik Hidayat, pengacara Abdul Haris justru mengharapkan adanya tersangka lain dalam Tragedi Kanjuruhan yang hingga menewaskan 135 orang. Dia berpandangan, PSSI juga harus bertanggung jawab. Baik secara moral dan hukum. Demikian juga pejabat Polri lainnya yang mempunyai kewajiban langsung dalam hal pengamanan. Masuk akal sebenarnya. Sebab, PSSI adalah instrumen penting dalam keberlangsungan kompetisi. Apalagi jika mengerucut pada tanggung jawab moral. PSSI seharusnya malu dan orang-orang di dalamnya secara gentle mengakui kesalahan dan mengundurkan diri dari jabatan sebagai bentuk tanggung jawab moral. Jauh panggang dari api sepertinya jika kita meminta tanggung jawab dari PSSI. Mereka berlaku seolah kejadian yang tercatat sebagai salah satu peristiwa sepak bola kelam di dunia adalah hal yang biasa. Buktinya, ketika Presiden FIFA, Gianni Infantino yang merupakan otoritas sepak bola tertinggi dunia datang ke Indonesia beberapa waktu lalu. Alih-alih berempati dengan mendatangi Stadion Kanjuruhan yang hingga hari ini masih dipenuhi tulisan duka dan ribuan bunga duka cita, Infantino malah bermain bola dengan Ketum PSSI di Stadion Madya Senayan.T Lucunya, PSSI membiarkan saja permintaan orang nomor satu di dunia dalam urusan sepak bola itu. Matinya empati membuat pecinta sepak bola kaget. Bahkan, Presiden Madura United, Achsanul Qosasi dalam unggahan Twitternya mengusir FIFA. “Silakan segera pergi FIFA. Jangan lama-lama di Indonesia. Caramu lebih tak elok dalam berempati,” tulis Achsanul Qosasi melalui akun Twitternya. Unggahan ini jelas menjadi bentuk kritikan keras terhadap FIFA dan PSSI. Achsanul sebagai pemilik Madura United sebelumnya bahkan juga menyerukan dihentikannya kompetisi jauh sebelum LIB dan PSSI mengumumkan penghentikan sementara komepetisi. Padahal, saat ini, tim Madura United tengah bagus-bagusnya karena berada di posisi ke-2 klasemen sementara. Dari Achsanul yang juga anggota badan pemeriksa keuangan (BPK) Republik Indonesia PSSI seharusnya belajar tanggung jawab moral. Tanggung jawab yang seolah mati meski hingga hari ini 135 nyawa melayang dalam Tragedi Kanjuruhan. Kalau sudah begini, apalagi yang diharapkan dari sepak bola Indonesia kalau pemimpin tertingginya bertanggung jawab secara moral saja tidak mau. Apalagi disuruh mundur. Seharusnya lebih dari itu tanggungjawabnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait