Saatnya yang Muda Merevolusi PSSI

Selasa 25-10-2022,11:50 WIB
Reporter : Eko Yudiono
Editor : Eko Yudiono

Persebaya dan Persis Solo sepakat untuk mengirim surat ke PSSI agar segera melaksanakan kongres luar biasa (KLB). KLB menjadi salah satu rekomendasi dari tim gabungan independen pencari fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan.   Dikutip dari website resmi klub, Presiden Persebaya Azrul Ananda sebelumnya bertemu dengan Direktur Utama Persis Solo Kaesang Pangarep di kantor wali kota Solo, Senin (24/10). Selain meminta KLB, Ulik sapaan karib Azrul Ananda dan Kaesang yang juga putra Presiden Joko Widodo ini meminta dilaksanakan rapat umum pemegang saham (RUPS).   Pertemuan anak muda ini menjadi preseden bagus mengingat mereka jelas mempunyai pemikiran yang fresh untuk memperbaiki sepak bola secara menyeluruh. Anak-anak muda yang diharapkan bisa merevolusi PSSI. Membersihkan “kolam kotor” yang selama ini terlihat namun seolah dibiarkan.   Untuk itu, para pemuda ini berusaha mengumpulkan dukungan dengan menjalin komunikasi dengan klub peserta Liga 1. RANS Nusantara FC, Barito Putera dan Bali United adalah tiga klub yang mereka tuju meski keputusan akhir suara dukungan menjadi kewenangan klub tersebut.   Namun, sekali lagi, apa yang dilakukan dua petinggi klub tersebut mencerminkan semangat anak muda yang menginginkan perubahan. Semangat yang seharusnya mendapatkan dukungan dari semua stake holder sepak bola utamanya PSSI.   Tragedi Kanjurahan 1 Oktober 2022 sebenarnya bukan trigger. Namun lebih kepada akumulasi betapa sepak bola Indonesia perlu perubahan besar. Sudah terlalu lama (kalau tidak mau dibilang tua) orang-orang yang ada di tubuh federasi mengurus sepak bola.   Selayaknya mereka memberikan kesempatan kepada anak-anak muda agar sepak bola Indonesia lebih baik lagi. Kasus Kanjuruhan seharusnya juga membuka mata dan hati. Betapa 135 nyawa yang hilang tidak sebanding dengan apa pun.   Kasus tersebut juga menjadi bukti buruknya pengelolaan sepak bola di negeri tercinta. Saking buruknya hingga ratusan nyawa melayang.   Terbaru, Polda Jatim sudah menahan Direktur Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita selaku operator kompetisi setelah sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka. Hadian Lukita ditahan bersama lima tersangka lainnya. Termasuk Ketua Panitia Pelaksana (Panpel) pertandingan Andul Haris. Juga Security Officer Suko Sutrisno.   Menariknya, Taufik Hidayat salah seorang pengacara tersangka Abdul Haris menyebut, seharusnya federasi dalam hal ini PSSI ikut bertanggung jawab. Baik itu secara moral dan sisi hukum.   Nah, suara Taufik Hidayat selaku pengacara mengisyaratkan bahwa penegak hukum dalam hal ini kepolisian seharusnya juga menetapkan tersangka lainnya utamanya dari PSSI. Sebab, PSSI juga sebagai stake holder dan instrumen penting terselenggaranya sebuah kompetisi. Menarik untuk disimak apakah polisi akan kembali menetapkan tersangka dalam kasus ini.   Sementara itu, mari kita dukung upaya anak-anak muda yang kini memegang tampuk tertinggi di klubnya masing-masing. Mereka sudah mempunyai planning tentang bagaimana dan seperti apa seharusnya sepak bola Indonesia ini berjalan. Pemikiran-pemikiran anak muda ini tentu sejalan dengan spirit perubahan. Bagaimana pun juga spirit anak-anak muda harus terus berkobar. Membawa perubahan. Harus.   Seperti ucapan Bung Karno Sang Proklamator,” Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". Sudah saatnya pemuda menjadi yang terdepan dalam memimpin perubahan. Saatnya mereka merevolusi PSSI. Karena sudah terlalu lama ‘orang-orang tua’ itu duduk nyaman di kursinya.   Harapan perubahan menjadi harapan semua pecinta olah raga nomor satu di Indonesia dan dunia ini. Sepak bola harus berada di tangan orang-orang yang tepat. Pemuda dan pemikiran orang-orang muda menjadi opsi terbaik saat ini di tengah karut-marut sepak bola Indonesia. Semoga. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait