Gresik, Memorandum.co.id - Kekerasan terhadap anak bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan keluarga. Hal inilah yang dialami E (11), yatim piatu yang tinggal bersama kakak tirinya ER (25) di wilayah Gresik Kota. Ia diekspliotasi untuk bekerja dan kerap menerima kekerasan fisik serta mental. Nasib malang yang dialami E ini bermula ketika ibunya meninggal dunia saat korban masih berusia 5 tahun. Sebelumnya, E tinggal di Kabupaten Tuban. Namun karena orang tuanya sudah tidak ada, ia terpaksa tinggal bersama ER yang merupakan kakak tirinya. Satu bapak beda ibu. Aktivitas sehari - hari E seperti menjalani mimpi buruk. Keluarga yang diangankan menjadi tempat berteduh dan hidup nyaman, malah seperti neraka. EN kerap menerima perlakuan buruk dari kakak tiri dan istrinya. Siswa kelas 6 SD itu disiksa hanya karena kesalahan-kesalahan sepele. Kekerasan fisik dan mental itu hampir setiap hari diterima E. Sangat ironi. Pernah kepalanya dibenturkan meja, disengat dengan teflon panas, bahkan sempat pula dilempar dengan nasi panas. Bekas luka pun menghiasi sekujur tubuhnya. Saat ini, ada luka di bagian lengan tangan kanan E yang belum sembuh. Warga pun geram atas ulah ER bersama istrinya. Lebih - lebih, kekerasan terhadap E sering dilakukan di depan banyak orang. "Setelah kejadian terakhir beberapa hari lalu. ER menanyakan uang santunan dari sekolah, marah - marah. Akhirnya kami ambil tindakan, E kami bawa," kata Ketua RT setempat, Slamet Budiono, Sabtu (22/10/2022). Budiono menjelaskan, dari pengakuan E bahwa kekerasan yang dialaminya sudah berlangsung selama bertahun - tahun. Mendapat kekerasan fisik dan mental membuat hidup korban kian nelangsa. Status EN sebagai anak yatim piatu bahkan diamanfaatkan sebagai sumber rupiah bagi ER dan istrinya. EN dipaksa bekerja menjaga pom bensin mini dan menjadi tukang tambal ban. Kalau tidak mau bekerja, E bakal disiksa. Dengan terpaksa, korban menjalani pekerjaan tersebut dan harus rela kehilangan masa kecilnya untuk bermain dan belajar. "Dia perempuan, masih kecil, dipaksa bekerja sampai bisa tambal ban. Bukan apa - apa, ini kemanusiaan," imbuhnya. Setiap hari, E sepulang sekolah harus bekerja agar terhindar dari siksaan kakak tirinya. Untuk sarapan, ia mengandalkan pemberian dari orang tua temannya di sekolah. "Pulang sekolah pun tidak langsung makan. Harus bekerja sampai jam 10 malam. Kadang makan siangnya diganti pada jam 1 malam minta ke saudara," ceritanya ironis. Selain melakukan kekerasan, ER diduga telah melakukan eekpolitasi anak. Sebagai kakak tiri dan pengasuh E, ER diduga telah merampas hak - hak korban. Seperti sumbangan donatur, santunan dan bantuan lainnya. "E ini kan yatim piatu, dimanfaatkan untuk mengumpulkan sumbangan. Sebulan bisa jutaan rupiah," tukas Budiono. Hal itu sudah menjadi rahasia umum warga sekitar. Bahwa bantuan yang seharusnya dipakai untuk kehidupan dan pendidikan E malah digarong kakak tirinya. Kondisi inilah yang membuat emosi warga kian memanas. Pihaknya berharap E bisa mendapatkan kehidupan yang layak. Budiono menjelaskan, saat ini E sudah aman tinggal sementara waktu bersama keluarganya. Bahkan E sudah menerima pendampingan psikologis dari Dinas KBPPPA Gresik. Sementara untuk ER yang memiliki dua anak, sudah dilakukan mediasi. "Kami minta untuk pergi dari lingkungan sini," pungkasnya tegas. Sementara itu Ketua RW Samsudiono memastikan RT dan RW sudah mengambil tindakan tegas. Sementara waktu E tinggal di rumah RT dan dijauhkan dari saudara tirinya. "Ini harus dijaga dan dijauhkan dari kaka tirinya. Sebab kalau dibiarkan kembali bisa - bisa kondisinya lebih bahaya. Kami sudah melakukan tindakan, kami juga masih berkoordinasi dengan pihak - pihak terkait," pungkasnya.(and/har)
Eksploitasi Anak, Yatim Piatu di Gresik Alami Kekerasan dan Dipaksa Bekerja Kakak Tiri
Sabtu 22-10-2022,11:03 WIB
Editor : Aziz Manna Memorandum
Kategori :