Gubuk Derita, Saksi Pilu Masa Tua Mantan Peraih Emas Sea Games

Rabu 19-10-2022,20:10 WIB
Reporter : Syaifuddin
Editor : Syaifuddin

Gresik, memorandum.co.id - Gubuk derita. Begitulah Suharto menyebut tempat tinggalnya yang baru di Jalan Raya Veteran Gang XIII, Kecamatan Kebomas, Gresik. Bangunan berukuran 1,5 × 3 meter itu menjadi saksi pilu masa tua sang peraih emas SEA Games 1979. Jauh dari kata layak. Gubuk kecil di ujung gang itu menjadi tempat tinggal Suharto, seorang diri. Hanya ditemani seekor kucing dan beberapa burung peliharaannya. Tempat itu bukan milik dia. Melainkan kepunyaan sang keponakan yang berbaik hati memberikan tempat untuk berteduh. "Saya asli Surabaya, KTP masih Surabaya. Baru puasa kemarin pindah ke sini. Sebelumnya ngekos di Surabaya sambil narik becak dan menjadi pemulung. Saya pernah dua tahun tidak bisa bayar sewa," kata pria kelahiran 1952 tersebut, Rabu (19/10/2022). Di usianya yang sudah senja, mantan atlet balap sepeda nasional itu sengaja memilih hidup menyendiri. Ia mengaku trauma. Selama tinggal di Kota Surabaya tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah setempat. "Sekedar ucapan terima kasih pun tidak ada," keluhnya. Padahal, dirinya berulang kali mengharumkan nama daerah. Bahkan mengibarkan bendera Indonesia di kancah internasional. Medali perak di kejuaraan Thailand tahun 1976 hingga menyumbang medali emas di SEA Games 1979. Belum lagi rekor pada Pekan Olahraga Nasional (PON). Tinggal di Kabupaten Gresik membuat Suharto lebih tenang. Kendati tempat tinggalnya sempit, dekat makam dan tidur bersama barang-barang rongsokan. Seakan menjadi tempat kontemplasi di masa senjanya. "Meskipun kondisinya seperti ini, saya lebih tenang," tegasnya dengan senyum satir. Apalagi, ia sudah mendapat pekerjaan yang lebih layak di UPT Pengolaan Pendapatan Daerah (PPD) Gresik, sebagai petugas keamanan. Di Gresik, Suharto merasa diorangkan. Mulai dari lurah hingga ibu bupati Gresik sudah menemuinya. Memberikan sedikit perhatian yang menurutnya sangat berarti. "Bahkan saya diminta tinggal di kantor UPT Bapenda, di lantai atas ada tempat ber-AC. Di sini saya diperhatikan. Hal itu setelah saya bertemu Ibu Gubernur Khofifah sebelum Lebaran kemarin. Hingga akhirnya diberi pekerjaan yang lebih layak. Saya sangat berterima kasih," ceritanya. Kendati diminta pindah ke tempat tinggal yang lebih layak, Suharto masih memilih menetap di gubuk deritanya. Katanya, bentuk penyesalan sebagai mantan atlet. Karena tidak bisa membahagiakan istri dan anak pertamanya hingga mereka meninggal dunia. "Biarkan saya menderita di sini," pungkasnya menitikan air mata.(and/har)

Tags :
Kategori :

Terkait