Suami Terkesan Cuek, Jam Tangan Idaman Dihadiahi Adik Ipar
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Lilis (26, bukan nama sebenarnya) sangat bersyukur menikah dengan Johan (29, samaran). Keluarga suaminya sangat baik. Terutama adik iparnya, sebut saja Joni (27).
Pada malam tahun baru 2019 lalu, misalnya. Ketika itu keluarga besar mereka nonton TV bersama di rumah kakek Johan di Jogja. Di sela tayangan menyambut tahun baru di seluruh dunia, ada iklan yang menawarkan jam tangan untuk sejoli.
Secara guyonan Lilis merajuk kepada Johan. “Wow betapa cantiknya. Cocok untuk kita,” kata Lilis sambil menyandarkan kepala ke pundak suaminya. Tangannya mengelus jenggot Johan.
Seminggu-dua minggu berlalu, ternyata Johan tak merespons candaan Lilis. Walau begitu, Lilis tidak pernah menagih karena memang tidak terlalu berharap. Ingin sih ingin, tapi perwujudannya dianggap sebagai doorprize. Dikabulkan, alhamdulillah; tidak dikabulkan, juga tidak apa-apa.
Tidak terduga, pada minggu ketiga Lilis menemukan jam tangan seperti yang iklannya pernah tayang di TV tadi. Tapi, hanya yang untuk perempuan. Jam itu terselip di sepatu Lilis yang ditaruh di rak.
Terbungkus rapi dan di dalamya ada tulisan, “Pakailah. Nikmati impianmu.” Itu saja. Tidak ada nama pengirimnya. Semula Lilis mengira itu adalah hadiah kejutan dari Johan. Namun ketika hal itu dikonfirmasikan, ternyata Johan mengaku tidak tahu-menahu.
Siapa sebenarnya pengirim paket tersebut baru disadari Lilis ketika dia melihat Joni memakai jam tangan pasangan yang dia pakai. Wanita muda ini sempat terkejut. Tapi setelah mendapatkan tanda dari Joni agar tidak membahas masalah itu, Lilis berusaha bersikap wajar. Untungnya Johan tidak mempermasalahkannya.
Johan memang tipe lelaki cuek, yang cenderung kurang memperhatikan apa yang terjadi di sekitar. Sikapnya kaku dan maunya to the point. Tidak suka basa-basi dan canda ria. Sifat ini berbeda dengan adiknya. Joni orangnya care dengan siapa saja, romantis, dan suka dengan eksotisme.
Mereka dibesarkan di keluarga yang sukses. Ayah mereka seorang pengusaha batubara yang memiliki tambang besar di Sumatera dan Kalimantan. Kesuksesan dan darah bisnis itu menurun kepada Johan dan Joni.
Meski masih tergolong muda, dua bersaudara ini mampu mengelola dengan sukes kebun kelapa sawit berhektare-hektare di luar Jawa. “Sebenarnya Lilis lebih dekat dengan Joni. Tapi, oleh kedua orang tuanya dia malah dijodokan dengan Johan,” kata pengacara Lilis di sela sidang kasus lain di Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu.
Keluarga Lilis dan keluarga Johan memang sangat dekat. Ayah Lilis dan ibunda Johan bersahabat. Mereka bahkan masih berkerabat dan terikat darah persaudaraan, walau sudah agak jauh.
Untuk lebih mempererat tali persaudaraan yang sudah agak kendor, ayah Lilis dan ibunda Johan sepakat besanan. “Sebenarnya ayah Lilis ingin anaknya menikah dengan Joni, tapi ibunda Johan tidak sepakat. Johan harus nikah dulu, baru disusul adiknya.” (bersambung)