Berbeda dengan Jaka, Titik dengan ikhlas bisa menerima kehamilannya. Ia bahkan sempat berharap anak yang dikandungnya ini berjenis kelamin laki-laki. Pemikiran yang berbeda antara Jaka dan Titik menimbulkan ketegangan. Mereka sempat beberapa hari menutup jalur komunikasi. Pada saat itulah, merasa sebagai kepala rumah tangga, Jaka menggunakan hak veto: perintahnya harus dijalankan! Titik tidak berdaya. Esoknya, kehendak Jaka direalisasikan. Kehamilan Titik harus digugurkan. Mereka lantas mendatangi dokter. Dokter mempersilakan Titik masuk ruang praktik. Cukup lama. Hampir sejam. Saat keluar, Titik dipapah dokter yang membawa bungkusan plastik. “Ini dikubur ya Pak,” kata dokter kepada Jaka sambil menyerahkan bungkusan. Sesampai rumah, bungkusan dari dokter tadi lantas dikubur di halaman belakang rumah. Malam-malam. “Waktu itu hati ini merasa lega, Pak Yuli. Sungguh. Tak tahunya…” Jaka kembali menangis. Semula-mula lirih tapi semakin lama semakin keras. Memorandum yang takut tangis Jaka mengganggu majelis lantas mengajak pria berkumis tipis ini keluar ruang utama masjid. Bergeser ke teras samping dekat toilet. Lama Jaka tenggelam dalam tangis. Memorandum sengaja membiarkan. Memberi kesempatan Jaka menghabiskan sisa air matanya. Biar hatinya lega. Biar kembali blong. “Aku dosa besar, Pak Yuli. Aku orang syirik, dan tega-teganya memaksa istri ikut syirik,” tuturnya lirih tanpa mengubah posisi kepalanya yang masih disimpan di antara kedua tekukan kaki. Tanpa kami sadari, ternyata Titik sudah berdiri di dekat kami. Rupanya majelis taklim sudah selesai. Ruang utama masjid sudah sepi. Baik dari jemaah perempuan maupun jemaah laki-laki. Titik kemudian jongkok di sebelah Jaka dan merangkul pundaknya. “Mengapa Bapak menangis?” tanya Titik. Jaka menoleh dan segera memeluk Titik. “Maafkan aku, Buk. Aku telah menjerumuskan Ibuk ke jurang kemusyrikan,” kata Jaka sambil mempererat pelukan. Memorandum serasa melihat potongan sinetron di televisi. “Lho, siapa yang musyrik?” tanya Titik ringan. Tanpa beban. “Maafkan aku telah memaksa Ibuk menggugurkan kandungan Ibuk. Membunuh bayi kita,” kata Jaka. Kembali tangisnya pecah. “Siapa yang menggugurkan kandungan? Bungkusan yang Bapak tanam di halaman belakang rumah itu tah? Bapak mengira itu jainin bayi kita?” Jaka tercengang. Diam sejuta bahasa. “Itu sampah. Bungkusan sisa sarapan kami. Sarapanku dan Bu Dokter.” (jos, habis)
Jangan Kau Bunuh Anak yang Kau Lahirkan (3-habis)
Rabu 07-09-2022,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Sabtu 11-01-2025,16:35 WIB
Hasil Babak Pertama PSS Sleman vs Persebaya Surabaya: Bajul Ijo Babak Belur, Tertinggal 3-0
Minggu 12-01-2025,06:02 WIB
Pengamanan Ketat Pertandingan Liga 2: Gresik United vs Persela Lamongan Berjalan Aman dan Lancar
Minggu 12-01-2025,08:56 WIB
Kalah dari PSS Sleman, Paul Munster: Mengerikan, Pertandingan seperti Sirkus
Sabtu 11-01-2025,17:46 WIB
PSS Sleman Menang 3-1 dari Persebaya Surabaya, 2 Gol Bajul Ijo Dianulir Wasit
Sabtu 11-01-2025,12:08 WIB
Seorang Pria Meninggal Dunia Saat Ngopi di Warkop Panceng Gresik
Terkini
Minggu 12-01-2025,11:09 WIB
Operasi Cipkon Polsek Sawahan Amankan 10 Kendaraan
Minggu 12-01-2025,11:05 WIB
KAI Daop 8 Layani 5 Juta Penumpang Selama 2024 dengan Peningkatan Performa Ketepatan Waktu
Minggu 12-01-2025,11:00 WIB
Razia di Jemursari, Polsek Wonocolo Amankan 8 Motor Brong
Minggu 12-01-2025,10:27 WIB
Rumah Terbakar di Giripurno, Pemkot Batu Siap Bantu
Minggu 12-01-2025,10:22 WIB