Ada Yang Minta Disegerakan Jodoh, Yang Minta Penglaris, dll dsb
Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Ketika pasien membeludak, Abiyasa memutuskan berhenti bekerja dari pabrik sepatu. Dia fokus menekuni profesi barunya sebagai penyembuh alternatif. Anik juga. Istrinya itu diminta membantu tetek bengek kebutuhan Abiyasa.
Suatu ketika orang tua Abiyasa yang tinggal di Lakarsantri jatuh sakit. Sangat parah. Abiyasa dan Anik terpaksa harus sering bolak-balik Mojokerto-Surabaya untuk merawat dan menanganinya.
“Akhirnya Ibu (mertua, red) minta Mas Abi pulang dan menetap di Lakarsantri. Tidak usah kos jauh-jah di Mojokerto. Toh Mas Abi sudah tidak bekerja di pabrik sepatu. Mas Abi tidak membantah, hanya minta waktu.”
Sebagai anak tunggal, Abiyasa terbiasa patuh kepada orang tua. Terutama ibu. Waktu seminggu yang diminta Abiyasa digunakan untuk memberi tahu pasien di Mojokerto tentang bakal kepindahan itu.
Tidak diduga, pasien-pasien yang biasa ditangani Abiyasa di Mojokerto banyak yang masih tetap ingin meneruskan pengobatkannya. Mereka pun minta alamat di Surabaya dan rutin datang. “Alhamdulillah, pasien Mas Abi tidak berkurang tapi malah bertambah banyak. Ditambah warga Surabaya,” kata Anik.
Bedanya, apabila pasien yang datang di Mojokerto dulu semata untuk mencari kesembuhan, tujuan dan permintaan tamu-tamu yang di Surabaya lain lagi. Bermacam-macam. Ada yang minta tolong didatangkan jodohnya. Ada yang minta agar dagangannya laris. Dll. Dsb. Dst.
Lucunya, ketika permintaan itu ditolak, mereka ngambek. Tidak mau pulang sebelum diberi pegangan. Apa pun. Amalan doa atau rapalan tertentu. Jimat atau benda apa pun, asalkan sudah dijopa-japu oleh Abiyasa.
Terpaksa Abiyasa menuruti kehendak mereka, walau asal-asalan. Tidak serius dan tidak disertai keyakinan. Asal omong, asal tunjuk, asal memberi, pokoknya serba asal-asalan.
“Tapi anehnya, tamu yang datang justru kebanyakan minta yang aneh-aneh tadi. Yang membutuhkan kesembuhan alternatif tetap ada, tapi sedikit,” kata Anik, yang menambahkan bahwa dia tidak setuju dengan sikap suaminya tersebut.
Anik pernah mengingatkan Abiyasa, tapi suaminya mengaku sangat sulit menghindari permintaan para tamu.
Salah satu pasien aneh-aneh tadi, menurut Anik, semisal Mak Hana (samaran). Dia adalah pemilik toko kelontong di banyak pasar Surbaya, antara lain Pasar Keputran dan Pasar Pucang.
“Katika saya tanya, Mak Hana mengaku dagangannya sangat laris sejak diberi jimat Mas Abi. Dagangan keluar-masuk tanpa henti. Kulakan berapa pun habis dikuras pembeli.”
Menurut Anik, dia pernah bertanya kepada suaminya apakah sikap Abiyasa terhadap Mak Hana itu bukan kebohongan? Sebab, Abiyasa tidak mendasari sikapnya dengan keyakinan?!
“Waktu itu Mas Abi tidak menanggapi dengan serius. Dia berkata yang penting pasiennya puas. Buktinya dagangannya laris,” kata Anik.
Contoh lain, tambah Anik, seorang pria yang mengaku bekerja di pabrik mebel ingin menjadi anggota dewan. Abiyasa dijanjikan akan dibelikan mobil apabila pria tersebut sudah berkantor di gedung DPRD. (bersambung)