Gudang  Garam Ajak Awak Media Belajar Pengelolaan Ekowisata Berbasis Pelestarian Lingkungan

Jumat 01-11-2019,17:28 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Kediri, Memorandum.co.id - Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), PT Gudang Garam mengajak awak media  berkunjung ke Dusun Bambu dan Saung Angklung Udjo, Bandung. Kegiatan study banding ini untuk menyaksikan secara langsung pengelolaan ekowisata berbasis pelestarian lingkungan yang memberi nilai ekonomi masyarakat. "Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang dapat disebarkan ke masyarakat, khususnya pengembangan konservasi lahan dan kerajinan bambu,"  terang Kepala Bagian Humas PT Gudang Garam, Tbk Iwhan Tricahyono dalam sambutannya sesaat sebelum pemberangkatan di Hotel Grand Surya Kediri, Kamis (31/10) sore. Dusun Bambu adalah ekowanawisata pertama yang berada di Jalan Kolonel Masturi KM 11 Cisarua, Bandung Barat. Dengan ketinggain 1.500 mdpl, Dusun Bambu menyajikan lanskap menarik dengan udara dingin tapi sejuk, khas lingkungan di kaki pegunungan.[penci_related_posts dis_pview="no" dis_pdate="no" title="baca juga" background="" border="" thumbright="no" number="4" style="list" align="right" withids="" displayby="tag" orderby="rand"] Dusun Bambu dibangun dari keprihatinan terhadap sebuah lahan di Bandung Barat yang tak diperhatikan oleh petani setelah panen. Pada tahun 2008, beberapa pengusaha memiliki ide mengembalikan lahan yang memprihatikan tersebut untuk diperbaiki. Salah satunya dengan menjadikan lahan konservasi bambu. Proses pengembalian lahan seluas 15 hektar agar hijau kembali ternyata tak mudah. Diperlukan sedikitnya 100.000 bibit tanaman bambu untuk menciptakan surga alam yang bisa dinikmati semua orang. Sementara, Saung Angklung Udjo (SAU) adalah destinasi wisata yang dilengkapi tempat pertunjukan, pusat kerajinan tangan dari bambu, dan workshop instrumen musik dari bambu. Selain itu SAU juga menjadi laboratorium kependidikan dan pusat belajar kebudayaan Sunda, khususnya angklung. Didirikan pada tahun 1966 oleh Udjo Ngalagena dan istrinya Uum Sumiati, tempat ini dibangun untuk melestarikan seni tradisional Sunda. Tak heran jika suasana tempat ini begitu segar dikelilingi pohon-pohon bambu. Aneka kerajinan bambu dan interior bambu hingga alat musik bambu bisa dijumpai di Saung Angklung Udjo.  (yud/gus)

Tags :
Kategori :

Terkait