Surabaya, memorandum.co.id - Selain peristiwa penjambretan, tindak kriminal lainnya juga kerap terjadi di kawasan Romokalisari. Seperti dialami Nur Azizah, pemilik warung nasi di dekat lokasi penjambretan Jalan Romokalisari menjadi korban hipnotis. Ibu satu anak itu mengaku, pernah menjadi korban gendam oleh dua pria pengendara motor dua bulan lalu di warungnya. "Saya pernah dihipnotis, 8 bungkus rokok hilang," bebernya. Ceritanya, waktu itu suaminya pergi ke pasar usai salat Subuh. Kemudian datang dua pria ke warung dan minta dibuatkan kopi. Saat membuatkan, ia melihat gerak-gerik pelaku mencurigakan keluar masuk. "Saat sibuk membuatkan kopi, pria tersebut lalu minta kantong plastik. Saat itulah Nur seketika tidak sadar. Pelaku lalu minta 8 rokok dimasukkan kantong plastik lalu pergi meninggalkan warung. Temannya ditinggal," jelas Nur. Berselang beberapa menit, Nur sadar lalu mengejar pelaku tapi tidak kena. Kemudian sebagai gantinya minta ganti rugi ke temannya yang ditinggal di warung. "Sempat cekcok dan temannya mengaku tidak kenal. Padahal datangnya ke warung bersamaan. Saya lalu mengancam akan melapor ke polisi jika tidak dibayar, sehingga temannya mau membayar 8 bungkus rokok lantas pergi karena takut," ujar Nur. Semenjak kejadian itu, Nur tidak berani membuka warung sampai 24 jam. Sekitar pukul 00 00, dia langsung tutup dan tidur di rumah saudaranya di daerah Romokalisari. "Saya takut," ucapnya. Kalau malam memang sepi di Jalan Romokalisari, hanya ada sekuriti Mercedes Benz dan garasi truk di depan warung Nur. Apalagi, sering terjadi penjambretan. Kondisi ini dimanfaatkan penjahat jalanan merampas tas pengendara motor. Ia menambahkan perlu ada pos polisi (pospol) di Romokalisari. Ada pos namun di depan Terminal Tambak Osowilangon. Selama ini, memang ada patroli mobile di wilayah Romokalisari, tapi tidak mesti atau polisinya kadang menyamar. "Saya sangat setuju dengan adanya pospol karena biar aman saja ada polisi," tandas Nur. (rio)
Kategori :