Kisah Cinta Kisruh Saudara Kembar Identik (4)

Rabu 20-04-2022,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Terjebak di Dalam Kotak Kayu

Erna yang menyaksikan pemandangan itu dari jauh hanya tersenyum. Geli. Dia saksikan juga bagaimana Faried tertegun mendapat serangan balasan dari Erni. Sejenak kemudian Erna melihat Faried melangkah pelan-pelan kembali ke kelas. Wajahnya masih memerah. Erna yang bersembunyi di balik tiang penyanggah teras mendadak muncul di depan Faried. Menghadangnya. Tentu saja Faried kaget. Seperti orang bingung, Faried menoleh ke belakang. Di sana tampak Erni yang sudah mencopot pita rambutnya. Gadis tersebut tersenyum. Faried kembali melihat gadis di depannya. Tampak Erna yang memasang wajah cemberut. Faried jatuh terduduk. Lemas. “Banyak pengalaman konyol kami pada waktu kecil. Panjang kalau diceritakan. Pada intinya, aku harus selalu mengalah atau dipaksa mengalah. Tapi biarlah. Kuanggap itu sebagai garis nasib,” kata Erna. Diakui Erna, dia kadang terbawa arus suka iseng atas ajakan dan demi kepuasan Erni. “Aku sebenarnya enggan. Tapi selalu dipaksa Adik. Katanya iseng-iseng aja sebagai hiburan. Jujur saja kadang-kadang terhibur juga sih,” aku Erna. Pada pengenalan mahasiswa baru di awal kuliah, masih belum banyak yang tahu bahwa Erna-Erni adalah saudara kembar. Apalagi para dosennya. Erni punya ide menampilkan magic attraction. Erna diminta memperkenalkan diri kepada audiens. Tanpa banyak kata kemudian masuk sebuah kotak kecil. Ada teman lain yang diminta mengunci kotak yang ditaruh di atas meja tersebut. Musik berdentum keras, diiringi kemunculan Erni dari sisi penonton. Tepuk tangan terdengar riuh rendah. Sorakan dan suitan menyelingi sorakan tadi. Suara Erni lantas terdengar di tengah gegap gempita itu. “Tapi aku jadi korban. Kotak yang terbuat dari kayu jati tersebut lantas diangkat, diturunkan dari meja dan dibawa ke pojok panggung. Namun, lama sekali kotak tidak dibuka-buka. Erni tidak muncul-muncul,” kenang Erna. Ternyata kunci kotaknya hilang. Baru setelah selesai acara, Erni dibantu beberapa orang membuka paksa kotak itu. “Untung ada beberapa lubang kecil di keempat sisi kotak sehingga aku bisa bernapas,” kata Erna. Di tengah kami sedang terbenam kenangan masa muda Erna, mendadak seorang lelaki paruh baya muncul di pintu kantor pengacara Erna. Seorang perempuan paruh baya menyusul di belakangnya. Tiba-tiba Erna menghambur ke arah mereka. Kedua orang tadi ternyata Susetyo dan Rini, orang tua Erna-Erni. Erna memeluk erat mereka, meminta maaf karena tidak memberi tahu tentang persoalan yang sedang dihadapi dan mengapa berada di sini. Susetyo dan Rini tahu keberadaan Erna karena ditelepon Faisal. Faisal telah menceritakan semuanya. “Tapi aku rela kok, Pa. Demi kebahagiaan Dik Erni. Aku rela, Ma,” kata Erna sambil menangis. (jos, bersambung)      
Tags :
Kategori :

Terkait