Jasa Penukaran Uang Baru Sepi Peminat

Senin 18-04-2022,14:44 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Surabaya, memorandum.co.id - Hari ke-16 bulan puasa, jasa penukaran uang baru yang ada di pinggir jalan terlihat masih sepi peminat. Meski PPKM Kota Surabaya berada di level 1, dibanding penjual makanan dan minuman yang laris pembeli, jasa penukaran uang baru ini masih lesu. Muhammad Rosul (51), warga Dupak Magersari, pelaku jasa penukaran uang baru untuk Idul Fitri yang biasa mangkal di Jalan Bubutan ini mengeluh karena tahun lalu dan tahun ini sepi. Hal itu berbeda saat tiga tahun lalu di mana warga penukar uang baru masih banyak. Ia menjelaskan, terdapat nominal berbeda-beda dan juga jenis pecahan uang. "Pada tahun ini dan tahun lalu sepi sekali. Keuntungan pun juga tidak seberapa. Misal, ada orang yang mau tukar nominal dua juta mereka milih ada uang dua ribuan, lima ribu, sepuluh ribu, dan dua puluh ribu, itu kita cuman bisa jual dengan harga dua juta seratus," bebernya. Rosul sudah menekuni jasa penukaran uang seperti itu lima tahun. Bahkan langganannya pun pada tahun-tahun lalu tidak datang ke stand miliknya. "Langganan saya saja sudah tiga tahun tidak tukar di sini, biasanya dia sering di sini. Biasanya ramai pada tiga hari sebelum Idul Fitri itu tetapi tahun lalu sepi," kata bapak anak satu itu. Saat tidak menawarkan jasa penukaran uang, di rumah, ia membuka stand jualan makanan. Karena ia harus menghidupi anaknya yang menderita sakit stroke. "Ya kalau ini kan hanya mau hari raya saja, setelah itu saya sama istri jualan makanan gitu di area rumah," tandasnya. Namun berbeda dengan Suwito Harianto (51), warga Simo Pomahan yang mangkal di sekitar Tugu Pahlawan. Ia sudah 28 tahun usaha jasa penukaran uang baru. Pada tiga tahun lalu pembeli sangat ramai namun pada saat awal pandemi mulai terjadi penurunan. "Tiga tahun lalu alhamdullilah masih ramai, tetapi sejak awal pandemi sudah mulai terlihat sepi," bebernya. Namun ia menggunakan trik yang berbeda dengan yang lain, pada saat dirinya mulai buka usaha satu per satu pelanggan dihubungi oleh Suwito. "Kalau cuman nunggu pembeli yang lewat saja ini sepi sekali, jadi saya buat sistem berbeda, jadi pelanggan-pelanggan saya dulu itu saya hubungi kalau saya sudah buka. Alhamdullilah dengan cara itu masih bisa ramai meskipun tidak seperti tahun-tahun lalu," ungkapnya. Suwito mengaku hanya mengambil untumg Rp 5 ribu rupiah saja. "Per bendelnya saya cuman ambil untung Rp 5 ribu saja, harapan saya semoga pada tahun ini tidak seperti awal pandemi, semoga saja ramai seperti dulu lagi," tandasnya. (x2)

Tags :
Kategori :

Terkait