Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Bergabung (11)

Minggu 17-04-2022,06:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Maka untuk waktu yang tersisa itu, para peserta ujian keprajuritan secara khusus benar-benar memanfaatkan waktu dengan baik. Beberapa orang yang terluka mendapat perawatan pengobatan dari prajurit yang ditugaskan untuk mengobati para peserta. Setelah gelap benar-benar turun menutupi permukaan tanah, banyak peserta yang terlelap di atas pembaringan. Sementara di luar bangsal, terlihat beberapa prajurit meronda di sekeliling barak. Di bagian lain juga terlihat prajurit yang bertugas di gardu jaga dengan ketat mengawasi lingkungan barak. Para prajurit yang bertugas sebagai pengawal pendadaran sebelumnya agaknya berbagi cerita dan kesan mereka terhadap calon prajurit yang baru. Sekali-kali terdengar mereka terbahak, dan kadang mereka menahan seruan karena dapat mengerti perasaan mereka yang gagal. Kesibukan telah meningkat di halaman depan barak pasukan yang dipimpin oleh Ki Tumenggung Lembu Pitungan. Para petugas memasang patung kayu, papan sasaran yang digantung pada sejumlah tali yang terpasang melintang di tepi halaman. Terlihat juga balok-balok kayu yang merintangi sebuah arena yang terlihat seperti jalan. Agaknya para peserta harus dapat berlari dan meloncati balok kayu itu sambil melepaskan anak panah atau tombak. Gelora semangat yang membara di dalam dada para peserta tahap akhir ujian keprajuritan semakin menghangatkan suasana pagi yang cerah. Sinar matahari tidak terhalang untuk melintasi langit yang cerah. Para peserta ujian itu telah bersiap dan mereka berbaris rapi di bagian lain halaman yang luas terhampar di depan bangunan utama barak pasukan Kediri. Mereka dapat melihat kesibukan petugas-petugas yang masih terikat dalam tanggung jawabnya. Mereka membayangkan kesulitan yang akan mereka hadapi. Satu dua orang peserta merasa yakin dapat lulus dari ujian terakhir itu. Sementara Toh Kuning sendiri sekalipun ia akan dapat melewati tahap terakhir namun ia tidak ingin dikuasai kelengahan. “Aku tidak boleh gagal karena gegabah menghadapi itu semua. Aku akan melakukan yang terbaik,” desis Toh Kuning dalam hatinya. Suara terompet yang terbuat dari tanduk kerbau menjadi pertanda untuk dimulainya tahap akhir keprajuritan. Kata-kata lantang yang berisi perintah dan petunjuk dari petugas ujian dirasakan seperti pembakar semangat. Maka, kemudian, para peserta yang dibagi menjadi lima kelompok itu segera berbaris rapi dengan cekatan. Ketika isyarat berikutnya diberikan maka tahap akhir pun dimulai. Para perwira dan petugas telah berada di tempat masing-masing untuk memberikan penilaian. Para peserta memperlihatkan kemampuan dalam menggunakan senjata. Mereka mampu melepaskan anak panah ketika berada di atas kuda yang melaju cepat dan kebanyakan dari mereka dapat mengenai sasaran yang ditetapkan, yaitu berupa lingkaran pada sepenggal kayu yang terus menerus diayunkan depan-belakang. Sebagian dari mereka mengalami kegagalan ketika berlari seraya melontarkan tombak seraya meloncati balok kayu yang dipasang sebagai halang rintang. Namun mereka saling memberi semangat. Sorakan peserta kelompok lain yang terus menggema menjadi pendorong semangat bagi mereka yang berada di regu yang berbeda, meskipun mereka terjatuh atau lontaran tombaknya gagal mengenai sasaran. Demikianlah saat hari menjelang senja, maka para perwira dan petugas ujian mulai memberikan hasil penilaian setiap peserta. Ada di antara peserta yang tidak dapat diterima sebagai prajurit khusus namun diizinkan untuk menjadi prajurit biasa. Malam itu di barak Ki Tumenggung Lembu Pitungan, para peserta yang diterima sebagai prajurit khusus meluapkan kegembiraan secara terbatas. Mereka tidak dapat mengadakan perjamuan karena besok pagi-pagi harus meninggalkan barak. Salah seorang perwira dari gugus tugas Ki Rangga Gubah Baleman datang untuk menyampaikan pesan, bahwa prajurit yang baru diterima harus segera bergabung dengan kesatuan lain di bawah pimpinan Gubah Baleman. “Kalian mungkin masih dalam keadaan bahagia, namun esok pagi kalian harus segera berangkat untuk bergabung dengan pasukan yang dipimpin Ki Rangga Gubah Baleman. Tugasku berakhir sampai di sini, aku hanya menguji kalian dan untuk pendadaran serta pengenalan dasar-dasar keprajuritan akan kalian dapatkan di Selakurung. Segala sesuatu yang terkait dengan kalian akan disiapkan oleh para petugas. Kalian dapat beristirahat lebih awal karena besok pagi akan melakukan perjalanan empat hari jalan kaki,” pesan Ki Lembu Pitungan terdengar tegas dan jelas. Lalu pagi-pagi sekali, dari regol barak prajurit pimpinan Lembu Pitungan, terlihat barisan orang berjajar tiga-tiga. Mereka adalah prajurit baru, termasuk Toh Kuning, yang keluar meninggalkan barak setelah melakukan upacara untuk kerohanian mereka,. Mereka melangkah tegap dalam susunan yang tampak kokoh dan rapi. Barisan pasukan khusus itu dipimpin oleh seorang perwira yang bertubuh tegap dengan sebilah pedang tergantung di belakang punggungnya. Toh Kuning yang berada di bagian belakang barisan berjalan dengan langkah ringan dan wajah yang terlihat cerah. Ia merasa telah membuat satu langkah maju dalam mengikuti pesan gurunya. “Mungkin inilah awal sebuah jalan panjang yang akan aku tempuh,” desis Toh Kuning dalam hatinya. Sementara tanpa sadar seorang rekannya memperhatikan raut muka Toh Kuning yang sering terlihat tersenyum sendiri. “Apakah kau akan meminang seorang gadis, Toh Kuning?” tanya rekannya. Wajah Toh Kuning sedikit memerah dan agak gugup ia menjawab, ”Tidak. Aku hanya terlalu senang dengan keadaan ini.” “Oh, benarkah? Kau terlalu senang karena kau yakin jika ia tidak akan menolak pinanganmu,” berkata rekannya sambil menahan tawa. Toh Kuning menggeleng lalu menyembunyikan wajah dengan melempar pandangan pada sawah yang tersusun rapi di bawah jalanan yang mereka lalui. Kelompok prajurit baru itu memang menarik perhatian orang yang berpapasan dengan mereka termasuk rombongan prajurit yang meronda. Namun tidak ada sesuatu yang menonjol dari mereka karena mereka tidak menenteng senjata. Kebanyakan dari mereka menempatkan senjata di tempat tersembunyi seperti di punggung atau diselipkan di bagian pinggang. Orang dapat mengenali mereka dengan melihat lambang keprajuritan yang tersemat di bagian depan pakaian mereka dan umbul-umbul yang dibawa oleh prajurit Lembu Pitungan yang berada di depan. (bersambung)      

Tags :
Kategori :

Terkait