Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Bergabung (3)

Kamis 14-04-2022,09:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Beberapa prajurit bertukar pandang dengan raut muka menyimpan pertanyaan. Gubah Baleman melihat itu lalu ia berkata, ”Jangan sangsikan kemampuan Toh Kuning. Ia akan membuktikan bahwa ia memang pantas menjadi seorang prajurit. Keributan yang terjadi di belakang padepokan harus benar-benar menarik perhatian mereka. Sampaikan perintahku pada Ki Lurah jika keberhasilan serangan mendadak ini sangat tergantung pada kekacauan yang dilakukannya. Aku tahu rencana ini akan berhasil karena Toh Kuning dapat diandalkan untuk memancing sebuah keributan.” Begitulah kemudian perintah Ki Rangga Gubah Baleman disampaikan secara berantai. Maka dengan cepat perintah itu telah diterima oleh Ki Lurah Trowani. Ditemani lima orang prajurit yang bersenjata lengkap, Ki Rangga Gubah Baleman berjalan tegap dengan percaya diri mendekati gerbang padepokan. “Ki Sanak, apakah benar ini Perguruan Kelabang Waringin?” suara lantang Gubah Baleman memecah kesunyian. Seorang penjaga yang berada di atas panggung kemudian menjawab, ”Pergilah kalian! Tempat ini tidak mempunyai berita apapun yang kalian harapkan.” Sebatang anak panah kemudian meluncur menggapai dada Gubah Baleman. Namun Gubah Baleman memiringkan tubuh lalu menangkap anak panah, lantas mengamatinya dengan seksama. “Senjata dengan ciri yang sama telah melukai seorang pangeran,” desis Gubah Baleman. Ia mengangkat tinggi anak panah itu lalu berseru lantang, ”Aku perintahkan kalian untuk menyerah! Anak panah sejenis ini telah mengancam keselamatan keluarga raja. Letakkan senjata kalian dan keluarlah dari dinding padepokan!” Tiba-tiba tanda bahaya berbunyi dari bagian dalam padepokan. Suara kentongan bernada titir dan suitan nyaring yang melengking saling bersahutan. Perintah Gubah Baleman agar mereka menyerahkan diri telah disambut dengan teriakan-teriakan di bagian dalam untuk mengambil senjata dan bersiap. Maka dalam waktu sekejap seisi padepokan telah siap menghunus senjata. Sebagian dari mereka kemudian berkumpul di bagian depan padepokan, sedangkan kelompok yang lain menyebar di bagian lain. Kemudian dari atas panggung muncul seorang lelaki berpakaian putih dan berdiri tegak menatap tajam Gubah Baleman yang berada di bawah. “Tentu kau yang bernama Gubah Baleman,” berkata lelaki yang berbadan tegap dengan tangan yang terlihat kokoh. Usia lelaki itu mungkin lebih banyak dari usia Gubah Baleman tetapi penampilannya sedikit lebih segar. “Dan kau adalah orang yang menamakan dirinya Ki Branjangan Putih,” sahut Gubah Baleman dengan dada sedikit membusung. “Bila kau mencoba memasuki halaman padepokan ini, kau tidak akan dapat kembali melihat keluargamu. Aku tidak akan membiarkanmu pergi karena aku ingin memberi Kertajaya sebuah tanda mata,” kata Ki Branjangan Putih, “dan itu adalah kepala dan tanda pangkatmu!” Lantas ia memberi aba-aba pada pengikutnya untuk melepaskan anak panah menghujani Gubah Baleman dan orang-orang yang menyertainya. Namun sebelum orang-orang melaksanakan perintahnya, tiba-tiba dari bagian belakang terdengar suara ledakan yang cukup keras di-sertai dua tubuh yang meluncur melebih anak  panah. Pukulan jarak jauh Toh Kuning yang sangat dahsyat berhasil merobohkan beberapa batang kayu yang diikat menjadi satu bagian dari dinding. Sekejap kemudian mereka menerjang orang-orang padepokan yang mereka jumpai di situ. Lalu prajurit Kediri datang mengikuti mereka dan memasuki halaman belakang padepokan menyerang kelompok Ki Branjangan Putih yang lain. Orang-orang Waringin Kelabang sama sekali tidak menduga prajurit Kediri dengan tiba-tiba menyerang mereka dengan siasat yang rapi dan cepat. Prajurit Kediri yang bertempur dalam kelompok-kelompok kecil dapat membuat gagap dan kekacauan di bagian belakang padepokan. Orang-orang padepokan yang sempat kalang kabut itu mencoba membuat barisan pertahanan yang rapi dan kuat. Tetapi salah satu lawan mereka adalah Toh Kuning. Ia bersenjatakan sebatang bambu kuning yang diambilnya ketika menyusur jalan kecil di belakang padepokan. Ia dan Ki Lurah Trowani menyusup dan menyerang bagian belakang padepokan. (bersambung)      

Tags :
Kategori :

Terkait