Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Sampai Jumpa, Ken Arok! (23)

Rabu 13-04-2022,06:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Gubah Baleman mengangguk, kemudian berkata, ”Aku mendukung rencana gurumu, Toh Kuning. Kami bukanlah prajurit yang masih menyimpan dendam. Bentrokan yang terjadi di antara kita di masa lalu adalah bagian hidup yang harus dilalui. Namun gurumu telah percaya dan yakin kau akan berubah apabila kau bergabung bersama kami sebagai prajurit Kediri. Tentu saja ilmu dan ketajaman daya pikirmu akan sangat membantu banyak pekerjaan sebagai seorang prajurit.” Begawan Bidaran kemudian memandang Gubah Baleman dan para prajurit, wajahnya yang selalu memancarkan kelembutan dan ketegasan yang keluar dari sorot matanya membuat mereka yang melihatnya menjadi segan. Begawan berkata, ”Aku ingin bicara berdua dengan muridku sebelum ia pergi meninggalkan padepokan.” Gubah Baleman menganggukkan kepala lalu memberi perintah pada anak buahnya untuk keluar dari ruangan bersamanya. Begawan Bidaran cukup lama terdiam sepeninggal Gubah Baleman dan prajuritnya. Ia berkata pada Toh Kuning, ”Menjadi prajurit adalah pekerjaan yang berat untuk dilakukan, terutama bagimu. Kau harus menghilangkan permusuhan dengan setiap prajurit yang kelak akan menjadi kawan karibmu, mereka akan menjadi saudaramu dalam satu ikatan sumpah setia. Kau harus mampu mencabut pemikiran bahwa orang hanya dapat menjadi kaya bila menindas orang lain. Kau akan menjumpai kehidupan dengan cara yang berbeda. “Mungkin kau akan mendapat perlakuan yang kasar seperti kau memperlakukan mereka di masa lalu. Dan mungkin ketakutanmu pada karma akan mencengkeram benakmu.” Begawan Bidaran diam sejenak. Lalu ia melanjutkan ucapan, ”Tetapi aku mempunyai keyakinan kau akan melewati semuanya dengan baik. Aku percaya kau akan menjadi orang baik karena kau mempunyai kemampuan untuk melakukannya.” Begawan Bidaran kemudian memejamkan kedua matanya. Ia mengatur pernapasannya, dadanya turun naik perlahan dan teratur. Tiba-tiba tubuhnya bergetar halus dan udara di dalam ruangan itu mendadak menjadi sangat dingin. Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba itu membuat Toh Kuning merasa harus berbuat sesuatu. Namun ia tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Ia berusaha berteriak memanggil Gubah Baleman namun suaranya tidak dapat melewati tenggorokannya. Toh Kuning hanya dapat melihat tubuh gurunya yang bergetar cukup dahsyat namun masih dalam keadaan duduk bersila dengan tangan menyilang di depan dada. Udara di dalam ruangan kemudian berputar-putar seperti angin beliung dan menimbulkan suara menderu-deru. Toh Kuning kemudian mendengar pintu depan tiba-tiba tertutup rapat. Mereka yang berada di luar ruangan berusaha masuk namun pintu itu tidak terbuka sedikitpun meskipun para prajurit bersama-sama mendorong daun pintu. Suara Gubah Baleman yang berteriak memanggil gurunya dan namanya terdengar jelas olehnya tetapi lambat laun suara Gubah Baleman larut dalam pusaran beliung dalam ruangan. (bersambung)      

Tags :
Kategori :

Terkait