Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Sampai Jumpa, Ken Arok! (24)

Selasa 12-04-2022,12:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Ia berpaling pada Ki Rangga Gubah Baleman. Sebelum Gubah Baleman membuka bibirnya, Begawan Bidaran cepat melanjutkan, ”Mungkin kau telah mengenalinya. Tetapi aku minta kau memberinya kesempatan yang kedua agar ia dapat memperbaiki akibat-akibat dari kesalahannya di masa lalu.” Begawan Bidaran menunjuk pada orang yang ia maksud. Ketika Gubah Baleman melihat orang itu maka ia diliputi keheranan. Orang yang dimaksud oleh Begawan Bidaran adalah orang yang menyajikan hidangan bagi mereka. Lalu orang itu mengangkat wajahnya dan menyibak rambut yang menutupi sebagian wajahnya. “Toh Kuning!” desis Ki Rangga Gubah Baleman terkejut. Beberapa prajurit juga melihat Toh Kuning penuh tanda tanya. “Kalian sudah mengenalnya?” bertanya Gubah Baleman. “Aku pernah melihatnya berkelahi dengan Ki Tumenggung Mahesa Wunelang,” jawab seorang prajurit. Gubah Baleman memandangi wajah Toh Kuning dengan kening berkerut. Ia belum dapat menanggapi kata-kata Begawan selama beberapa saat. “Tentu kau mengerti maksudku, Ki Rangga,” kata Begawan. Gubah Baleman melihat wajah orang tua yang sudah mempunyai warna putih pada alisnya itu tanpa kata-kata. Begawan Bidaran menganggukkan kepala kemudian, ”Aku akan perintahkan Toh Kuning untuk turut serta dalam barisan prajuritmu sekarang ini. Dan ia akan mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh Mahesa Wunelang.” “Apakah aku akan bertemu dengan Mahesa Wunelang?” Dada Toh Kuning berdegup kencang. Toh Kuning merasakan desir dalam dadanya saat mendengar nama Mahesa Wunelang disebut dalam pertemuan itu. Toh Kuning bergantian memandang wajah gurunya dan Gubah Baleman bergantian. Namun ia belum mengerti maksud dari rencana gurunya itu. “Aku bukan prajurit, lalu mengapa guru menyuruhku mengikuti kelompok prajurit ini?” bertanya Toh Kuning dalam hatinya. Gubah Baleman menarik napas lega. Ia telah mengerti rencana Begawan Bidaran lalu ia berpaling pada Toh Kuning dan mengatakan, ”Toh Kuning, kau bernasib malang. Kau adalah murid terbaik Begawan Bidaran. Tetapi saat ini adalah bagian akhir hidupmu untuk melihat wajah gurumu. Kita akan berjumpa Ki Tumenggung Mahesa Wunelang dalam waktu dekat. Mungkin kau akan membalaskan kekalahanmu darinya. Tentu saja, kekuatanmu telah meningkat berlipat-lipat jika dibandingkan pada saat kau dikalahkan olehnya.” Toh Kuning mengerutkan kening. Ia belum mengerti arah pembicaraan antara gurunya dan Gubah Baleman, apalagi ketika terbayang olehnya wajah Mahesa Wunelang. Namun begitu ia berusaha menguasai diri lalu berkata,”Saya tidak mengerti alasan untuk bertemu dengan Mahesa Wunelang.” Ia menoleh pada gurunya, lalu lanjutnya ,”Saya juga tidak mengerti maksud guru saat menunjuk padaku.” Begawan Bidaran kemudian tersenyum dan berkata, ”Untuk mencabut rasa dendam yang mungkin saja masih membekas dalam hatimu, aku sarankan agar kau mengubah rasa dendam itu dengan sebuah penyelesaian yang baik.” Gubah Baleman tertawa lirih, ia berkata, ”Penyelesaian itu adalah bertemu dengan Ki Tumenggung Mahesa Wunelang dan berbicara dengannya.” Toh Kuning menggelengkan kepala. Sekilas ia membayangkan pertempuran yang akan terjadi. Ia menduga kekuatan Mahesa Wunelang akan berada di tingkatan yang mungkin hampir menyamai gurunya. Kemudian terbayang olehnya jika mereka berdua akan berkelahi dengan sengit dan dikelilingi oleh para prajurit. “Betapa malang nasibku,” berkata Toh Kuning di dalam hatinya. “Kau akan berjalan bersama Ki Rangga dan para prajurit ke kotaraja, Ngger. Kau akan turut serta dalam pelaksanaan penerimaan prajurit baru yang akan digelar oleh kerajaan sekitar dua pekan lagi,” berkata Begawan sambil menepuk bahu Toh Kuning. “Oh,” Toh Kuning berseru pelan sambil menutup wajahnya. Ia merasa malu pada dirinya dan orang-orang di sekitarnya, namun ia lega ketika mengetahui rencana gurunya bagi masa depannya. (bersambung)    

Tags :
Kategori :

Terkait