Perjalanan Jiwa Seorang Lelaki Pasca Di-PHK (3)

Selasa 12-04-2022,09:09 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Hendak Ceraikan Istri agar Dinikahi Mantan

Sulkan dan Rudi cukup lama berpacaran. Namun, hubungan mereka tidak direstui orang tua Endang. Sulkan memang terkenal Bengal. “Aku berharap setelah kuceraikan, Endang menikah dengan Sulkan. Dengan begitu, masa depan Endang bakal lebih tertata. Aku juga bisa menitipkan anak-anak kami kepada mereka,” tutur Rudi. Solusi Rudi memang terdengar masuk akal. Logis. Walau begitu, tidak semudah itu merealisasikannya. Iya kalau Endang mau? Iya kalau Sulkan mau? Iya kalau masyarakat bisa menerima kenyataan itu? Ternyata benar. Endang menolak! Wajar kalau Endang menganggap ide suaminya ini gila. “Endang bahkan menangis ketika aku menawarkan solusi ini,” aku Rudi. Endang marah. “Sebenarnya bukan itu maksudku,” kata Rudi seperti membela diri. Ia mengaku malah ingin membahagiakan istri dan anak-anaknya. Agar mereka tidak terperosok ke jurang penderitaan seperti dirinya. “Setelah Endang menikah dengan Sulkan dan anak-anak ikut mereka, apa yang Mas Rudi lakukan?” tanya Memorandum ingin menjajaki keseriusan Rudi dalam merealisasikan idenya. Ternyata Rudi hanya diam. Toleh-tolah seperti tulup dikethek. Dia lantas menunduk dan bergumam, “Aku tidak tahu apa yang akan saya lakukan.” “Maksud Mas Rudi, lari dari tanggung jawab? Begitu?” Jujur, Memorandum tidak sadar telah mengucapkan kalimat yang sangat tidak sopan itu. Keprucut. Tapi, sudahlah. Mungkin Rudi memang perlu mendengar pertanyaan itu. Rudi diam. Menoleh ke arah jalan. Melihat lalu lalang kendaraan yang hanya satu-dua. Waktu itu jam sedang menunjukkan sekitar pukul 15.20. Ada yang mampir membeli rokok eceran. Cuma sebatang. Setelah permisi, dia mengambil korek milik Rudi dan membakar rokoknya. Mengisapnya penuh penghayatan. Rudi ikut-ikutan mengambil rokok terakhir di kotak. Menyulutnya juga. “Mas Rudi masih berani merokok? Setelah kena stroke?” tanya Memorandum. Rudi bergeming. Meneruskan membakar batangan putih yang satu ujungnya menempel di bibir. Rudi seperti cuek. Pembeli rokok eceran tadi memandang wajah Rudi. “Kalau sudah kena stroke, berhenti saja, Mas. Nanti bisa kena serangan kedua,” kata orang tadi, yang menambahkan bahwa ayahnya juga pernah terserang stroke. Malah tiga kali. Dia meninggal pada serangan ketiga. Mendengar orang terserang stroke mati karena nekat merokok, Rudi mematikan api dengan mencecapkan ujung rokoknya di asbak. (jos, bersambung)      
Tags :
Kategori :

Terkait