Toh Kuning Benteng Terakhir Kertajaya – Sampai Jumpa, Ken Arok! (22)

Selasa 12-04-2022,06:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Begawan Bidaran melanjutkan, ”Pada malam itu aku memberikan perawatan sekadarnya dengan maksud agar Ken Arok dapat berjalan dan melindungi dirinya sendiri. Sekalipun Alas Kawitan dipenuhi banyak binatang buas, namun apa yang aku lakukan bagi Ken Arok sudah lebih dari cukup untuk menjaga keselamatan dirinya sendiri.” Bias penyesalan menggenangi pelupuk mata Begawan Bidaran. Ia merenung untuk sesaat, kemudian ia bertutur lagi, ”Apabila kau bertanya padaku tentang penyesalan, aku akan berkata padamu sebuah keputusan yang pada saat itu aku yakini sebagai keputusan yang benar. Penyesalan yang membuatku sesak bernapas adalah aku mendengar kabar bahwa Ken Arok masih menempatkan dirinya dalam kebimbangan. Meskipun demikian, aku tidak pernah menyesal telah mengajarinya tentang banyak kehidupan, karena suatu ketika Ken Arok akan memberiku bukti sebenarnya. “Aku sengaja merahasiakan keberadaan Ken Arok agar kau mempunyai cadangan tenaga dan semangat yang kuat. Aku tahu Ken Arok adalah orang yang kau pedulikan dan kau sayangi. Kau akan terperosok dalam kehancuran jika kau tahu kenyataan yang terjadi. Kau akan memaksa diri untuk mencari lalu mengajaknya pulang. Dan putus asa mungkin akan kau temui apabila Ken Arok tidak ingin kembali ke padepokan,” berkata Begawan Bidaran lebih lanjut, “dengan pertanyaan yang tersimpan dalam hatimu, kau terus menerus menyerap ilmu dan apa-apa yang aku ajarkan padamu. Lalu pada suatu ketika, kau akan mengerti alasanku merahasiakan urusan Ken Arok selama ini.” Toh Kuning mengangguk dan ia dapat menerima penjelasan gurunya yang ternyata memang sengaja menyembunyikan keadaan Ken Arok. Meski ia belum mampu meredakan guncangan perasaan tetapi Toh Kuning memaksa diri untuk diam. Diam dan mendengarkan. Sepanjang hari itu Toh Kuning tidak lagi melakukan latihan seperti biasa ia lakukan. Ia banyak duduk berdekatan dengan gurunya. Berbagai wejangan dan petunjuk-petunjuk dari gurunya terkait perkembangan ilmunya pun seolah turun seperti air hujan. Menjelang petang, derap kaki kuda terdengar hingga padepokan. Kepulan debu tebal yang terbang di antara kaki-kaki kuda yang berlari kencang terlihat jelas dari regol padepokan. Dua panji kebesaran Kerajaan Kediri dan lambang pasukan semakin jelas terlihat saat mereka makin dekat padepokan. Toh Kuning lekat memandang raut wajah gurunya yang masih memejamkan mata. Toh Kuning sebenarnya tidak ingin meninggalkan padepokan, bahkan ia cenderung memilih untuk menghadapi satu kelompok pasukan Kediri yang telah memasuki lingkungan padepokan. Gubah Baleman berkuda paling depan, panji-panji yang dibawa oleh dua orang prajurit pengapitnya membuat kesan gagah bagi rombongan prajurit Kediri. Sebuah tanda kepangkatan yang lebih tinggi tersemat rapi di bagian depan pakaian yang dikenakan olehnya. Sri Baginda Kertajaya tidak melupakan jasa baik dan karya nyata perwira prajuritnya. Tanggung jawab Gubah Baleman adalah untuk memastikan keamanan Jalur Banengan sampai perairan dan lembah Kali Brantas dan itu dapat ia tunaikan dengan baik. Pengakuan lain datang dari Mahesa Wunelang. Ia mengagumi hasil kerja Gubah Baleman yang kini menjadi seorang rangga. Sri Baginda Kertajaya juga memberi penghargaan khusus bagi Mahesa Wunelang sebagai tumenggung dengan satuan prajurit khusus, di samping tanggung jawabnya sebagai panglima tertinggi Kerajaan Kediri. “Biarkan aku yang berbicara dengan mereka, Ngger. Aku merasa bila waktu itu akan semakin dekat,” kata Begawan lantas Toh Kuning menganggukkan kepala meski sebenarnya ia ingin menolak permintaan gurunya. Terbersit rasa cemas akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan pada gurunya, tetapi ia lebih percaya bahwa Begawan dapat menghindari kemungkinan terburuk. Oleh karena itu, Toh Kuning  kemudian menata hati untuk segala kemungkinan. “Begawan,” kata Gubah Baleman menyapa Begawan Purna Bidaran setelah ia melompat turun dari punggung kuda. Sejenak ia mengerling Toh Kuning dengan pandangan sedikit menusuk. Namun Toh Kuning dapat menahan diri lalu ia membungkuk hormat pada Ki Rangga Gubah Baleman. (bersambung)      

Tags :
Kategori :

Terkait