Positive Thinking, Perkawinan Ketiga pun Berlangsung Aman

Senin 21-10-2019,09:27 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Setiap mendapat tugas baru di luar kota, apalagi luar pulau, Oyik memang tidak pernah mengajak serta istrinya. Alasannya masuk akal juga: kasihan anaknya berpindah-pindah sekolah. Bisa membingungkan dan merepotkan mereka, Namun, benarkah? Waktu tugas luar kota selalu lama. Bisa tiga hingga enam bulan. Kalau luar pulau lebih lama lagi. Bisa sekitar setahunan. Saat mengerjakan jaringan internet di beberapa provinsi bahkan lebih dari setahun. Walau begitu, Oyik tidak pernah mengajak Risa. “Risa kan juga sibuk dengan pekerjaannya. Dia jadi manajer desain media massa. Profesional dan amat menikmati pekerjaannya. Kasihan kalau harus dipisahkan dari kegemarannya,” alasan Oyik ketika kali pertama mendapat tugas luar kota ke Semarang. Baru saat ini aku mengetahui alasan sebenarnya Oyik tidak pernah mengajak serta istrinya saat harus bertugas luar kota. Ya, saat ini, kala Oyik mengaku baru saja mendapatkan charge baru, mendapatkan istri baru. Asem tenan! “Begini ini kau ceritakan kepada Risa?” “Gendeng po piye?” “Lalu?” “Ya biarkan berjalan apa adanya. Nggak usah dipikirkan?” “Kalau ketahuan?” “Siapa yang tahu? Hanya kamu. Kalau sampai Risa nanti tahu, berarti kamu yang memberi tahu. Tapi, kamu nggak mungkin seperti itu. Aku tahu siapa kamu.” Dengan pengakuan Oyik seperti itu, mau tidak mau aku harus ikut menjaga agar Risa jangan sampai tahu bahwa Oyik menikah lagi. Jan asem tenan bocah mbah-mbah iki. Entah bagaimana caranya, Oyik bisa menjalankan dua biduk rumah tangganya tanpa risiko berbenturan. Benthet. Keluarga di Surabaya dan di Samarinda. Yang lebih gak masuk akal lagi, dia berhasil kembali membuka cabang rumah tangganya di Semarang. Istri ketiga. “Kurasa sudah cukup, Sep. Aku nggak mau serakah. Aku merasa kemampuanku cuma tiga istri. Kalau dipaksakan bisa error dan bubar semuanya,” pengakuan Oyik sekitar tiga tahun lalu. Bagaimana nggak cukup? Waktu itu usianya sudah 51. Lewat paruh baya dan sedang menuju kurun pralansia. Masa mau nekat mengembangkan sayap perkawinan dengan membuka ijab kabul keempat? “Aku malah mengherankan pilihan hidupmu, Sep. Masa dengan penampilan gagah perkasa, wartawan pinter omong, dan sebagainya dan sebagainya, kamu puas hanya dengan satu istri?” “Aku takut tidak bisa berbuat adil, Yik.” “Takut tidak bisa berbuat adil atau takut kepada istri?” “Terserah kamulah.” “Seperti aku katakan dulu, mintalah izin. Kalau tidak berani, kawinlah secara sembunyi-sembunyi.” “Kalau ketahuan?” “Jangan berpikir negatif. Buktinya aku, dua kali kawin secara sembunyi-sembunyi nyatanya aman-aman saja. Positive thinking, friend.” (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait