(Catatan sederhana Lia Istifhama)
Saat Seorang Ibu Menjadi Pelaku KDRT, Dimana Naluri Keibuannya?
Beberapa waktu lalu, kita dikagetkan dengan maraknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh ibu kandung pada anak yang dilahirkannya. Diantara kejadian yang menyesakkan dada kita adalah kasus penyiraman air panas dan penjambakan hingga rambut anak terlepas dari kulit kepalanya. Dua kasus kekejian tersebut tentu membuat hati kita teriris pedih. Terlebih, tatkala keduanya dilakukan oleh tangan seorang ibu yang seyogyanya menaburkan kasih dan cinta untuk anaknya.
Ada apa dengan anda, ibu?
Pertanyaan tersebut kemudian muncul dalam benak kita. Bahwa sosok seorang ibu sejati yang ada dalam benak kita, adalah perempuan yang hatinya penuh kepedulian dan jiwanya yang penuh doa harapan untuk kebaikan hidup anak-anaknya. Namun ternyata tidak sedikit gambaran mulianya seorang ibu tercederai oleh emosi yang tidak terkontrol.
Ada apa gerangan?
Haruskah sebuah emosi tidak terkendali hanya karena beban hidup yang dirasa berat? Ataukah keluh kesah yang tidak menemukan tempat indah untuk berbagi? Dan apapun alasannya, seyogyanya seorang ibu adalah tumpuan kebahagiaan anak-anaknya.
Mari semua ibu, kita bergandengan tangan tetap menaburkan cinta dalam jiwa kita. Melepaskan penat dengan mencoba dan terus mencoba berdamai dengan segala keadaan yang dihadapi.
Seorang ibu, seorang perempuan, adalah sosok yang selalu memiliki hati indah nan mulia. Dan tetaplah terjaga dan engganlah sirna.
Ibu, tetaplah menjadi untaian doa untuk anak-anakmu. Karena anak-anakmulah yang kelak menjadi tumpuan saat engkau beranjak tua. Bangunlah pikiran positif pada anak dan jagalah hari mereka dengan kalimat-kalimat bijak dari suara indahmu.
Biarkan senyuman mengisi waktu dalam beranjak tumbuhnya mereka dan semoga kelak senyum kasih mereka menjadi pemandangan indah sebelum mata seorang ibu tertutup selamanya.