Oleh: Dahlan Iskan
Perang dagang sampai jauh ke basket. Juga ke pacuan kuda. Idem dito sepak bola.
Ini gara-gara manajer klub basket Houston Rockets nge-tweet. Bunyinya: “Lawan demi kebebasan. Dukung pendemo Hongkong.”
Yang nge-tweet adalah Daryl Morey, manajer Rockets. Jadi heboh besar di Tiongkok dan di NBA Amerika.
“Kalau ada pendemo membakar kereta bawah tanah di Houston apakah Anda juga Anda dukung?“ tulis Harian Rakyat Beijing --corong Partai Komunis yang memerintah Tiongkok.
Sponsor utama Rockets langsung memutus hubungan. Demikian semua co-sponsor perusahaan asal Tiongkok. Misalnya Tencent, Vivo, Xiaomi, dan Luckin Coffee (pesaing baru Starbucks di Tiongkok).
Taobao, marketplace milik Alibaba juga bereaksi. Langsung menghapus penjualan merchandise milik Rockets.
Jutaan fans Rockets di Tiongkok juga ngamuk. Di medsos. Dengan bumbu yang lebih seru dari Twitter aslinya.
Pertandingan persahabatan di Shanghai juga dibatalkan. Padahal dua tim NBA sudah siap-siap berangkat: LA Lakers dan Brooklyn Nets.
Media-media online di Tiongkok juga membatalkan siaran langsung NBA. Pun tidak ada siaran tunda. CCTV sudah mengumumkan tidak akan menyiarkan pertandingan NBA tahun depan.
“Kalau sudah menyangkut kedaulatan, rakyat Tiongkok bersatu,” ujar Joseph C. Tsai, pemilik klub Brooklyn Nets.
Joe Tsai --panggilan Joseph C. Tsai-- juga salah satu petinggi NBA. Ia lahir di Taiwan, tapi SMA di New Jersey, Amerika Serikat. Kuliahnya di Yale University, New York. Yang almamater bapaknya juga.
Pernyataan Tsai tadi sekaligus untuk mengingatkan sensitifnya soal kedaulatan bagi Tiongkok.
Maklum, Tsai juga pemilik Alibaba. Bersama pendiri utamanya, Jack Ma. Mereka berdua adalah pemegang saham terbesar pertama dan kedua di Alibaba.
Istri Tsai sendiri, Clara, juga salah satu wakil Chairman di Taobao.
Dengan kekayaan Rp 120 triliun, Tsai juga membeli stadion basket di Brooklyn New York. Yang jadi markas Brooklyn Nets.
Tapi yang lebih sedih adalah Yao Ming. Houston bagi Yao Ming sudah seperti kampungnya sendiri. Yao Ming 8 tahun bermain untuk Houston Rockets.
Kini jabatan Yao Ming adalah ketua asosiasi basket Tiongkok. Yao Ming seperti terjepit di antara dua batu.
Joe Tsai juga sulit. Ia warga negara Kanada. Tinggal di Hongkong. Meski lahir di Taiwan sekolahnya di Amerika. Sampai lulus sarjana hukum di Yale University.
Saat muda Tsai mengagumi antusiasme Jack Ma. Dan ide-ide terobosannya.
Tsai lantas memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Di sebuah lembaga keuangan Swiss di New York. Yang gajinya Rp 2,5 miliar setahun. Tsai pilih gaji kecil di Kota Hangzhou, Tiongkok. Untuk bergabung ke Alibaba yang berbasis di Hangzhou.
Kebetulan Jack Ma tidak punya tenaga asing. Yang mengerti hukum, keuangan dan punya network internasional. Tsai-lah yang mengkonsep ide-ide Jack Ma menjadi nyata.
Di Amerika sendiri banyak yang mendukung Morey. Terutama para politisi. Tweet Morey itu sendiri sudah dicopot dari tempatnya. Tapi luka yang dibuatnya sudah terlanjur dalam.
Tidak hanya basket.
Pacuan kuda di Hongkong juga dibatalkan. Padahal balap kuda sudah menjadi agama di Hongkong --agama judi. Perjudian yang mengikuti balap kuda itu luar biasa banyak jemaahnya.
Pun penyisihan Piala Dunia di Hongkong. Sudah jadi arena politik. Mereka datang ke stadion tidak untuk nonton bola. Lebih seperti untuk menyanyikan lagu ‘kebangsaan’ pendemo --Glory of Hongkong.
Demonya sendiri masih terus berlangsung sampai tadi malam. Masih ribuan orang muda jumlahnya.
Kini sudah memasuki bulan keempat. Tema demonya yang sedikit berubah --sejak minggu lalu. Menjadi ‘anti UU masker’.
Hongkong memang meniru Perancis: melarang pendemo mengenakan masker.
Masker memang menjadi dagangan laris di Hongkong --di samping laser pointer. Untuk rame-rame melaser polisi.
Masih belum ada tanda-tanda demo berakhir. Kian brutal pula.
Bank-bank asal Tiongkok jadi sasaran kemarahan. Restoran yang pemiliknya orang daratan juga dirusak.
Bahkan kalau ada orang yang bicara dalam bahasa Mandarin dimaki-maki. Diteriaki. Agar pulang ke daratan.
Banyak orang yang takut berbahasa Mandarin di dekat pendemo. Mereka memilih pakai bahasa Inggris --bagi yang tidak bisa berbahasa Kanton.
Tapi pemerintah Hongkong masih terus berkeras. Kuat-kuatan. Yang ditangkap sudah lebih 2.500 orang.
Masih banyak stasiun kereta bawah tanah yang tutup. Penduduk ikut susah. Turis ke Hongkong turun drastis. Oktober-Nopember ini mestinya ‘masa keemasan’ turisme di Hongkong --udaranya sejuk. Tapi panen raya itu puso. Kering kerontang.
Saya pikir tipping point-nya 1 Oktober lalu. Di saat perayaan hari kemerdekaan Tiongkok itu. Ternyata dugaan saya meleset. Jalan masih tiada ujung.(*)