Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya
Naluri kelelakian Feri tak bisa ditahan. Menjebol plafon kesopanan. Memutus urat kemaluan. Memorakporandakan pertahanan iman. Dan, menyatukan bingkai nafsu alami manusia. Malam itu akhirnya pecah oleh dosa.
Keesokan harinya Feri akhirnya meninggalkan Kapuas. Dengan sejuta kenangan. Dan, malam terakhir di kota itu menjadi kenangan yang paling indah. Berbunga. Berwarna-warni. Semerbak mewangi.
“Kapan kembali kemari?” itulah pertanyaan yang diucapkan Kenanga di bandara ketika mengantarkan kepulangan Feri. Tidak ada jawaban. Feri hanya tersenyum. Walau begitu, Kenanga tidak mengejarnya dengan pertanyaan lain, sampai Feri terbang. Sampai Feri pulang ke anak-istrinya.
Sampai di Surabaya, Feri disibukkan beragam kegiatan. Di rumah, apalagi di tempat kerja. Hari-hari pun berlalu dengan rutinitasnya. Kenangan di Kapuas lambat laun tertutup oleh waktu. Juga kenangan yang paling indah.
Penyandang gelar playboy ini sepertinya bahkan sudah melupakan semuanya. Ya, semuanya. Beberapa kali WA dari Kenanga hanya dijawab sekadarnya. Telepon dari dia malah jarang diangkat.
Seiring perjalanan waktu, Kenanga hanya dianggap sebagai kepingan-kepingan puzzle masa lalu. Hampir setengah tahun setelah tidak ada lagi WA dan telepon dari Kenanga, muncullah teror itu.
Feri merasa kehilangan alat vitalnya. Barang itu kadang pindah ke atas lemari, kadang bergelantungan di jemuran, bahkan kadang tampak melayang-layang di udara.
Itu sering terjadi saat Feri mempunyai keinginan berhubungan intim. Tidak saja dengan istri, tapi juga saat berpetualang di luar rumah. Kapan pun. Di mana pun. Tentu saja fenomena ini menjadikan Feri sangat tersiksa.
Feri kalut. Pikirannya buntu. Dia coba berkonsultasi dengan beberapa paranormal. Hasilnya, mereka rata-rata menyatakan kejadian tersebut akibat karmanya karena menyakiti hati wanita.
Dalam penerawangan para paranormal itu, tergambar bahwa Feri telah menyakiti wanita-wanita itu, dan satu di antaranya tidak menerimakan dan ingin membalas dendam. Bila tak segera ditanggulangi, kejadian aneh tadi akan terasa makin menyeramkan.
Ujung-ujungnya, Feri akan benar-benar kehilangan kemampuan untuk memberikan nafkah batin, baik sebagai sedekah kepada istri sebagai kewajiban maupun saat berbuat maksiat dengan orang lain.
Sebagian besar menyarankan Feri menemui wanita-wanita yang pernah disakiti secara seksual. Ada satu paranormal yang to the point menyatakan bahwa wanita yang mengirimkan guna-guna itu adalah seorang wanita muda di bumi Kalimantan.
Pikiran Feri spontan tertuju ke Kenanga. “Nak Feri harus menemui wanita itu, menyelesaikan sesuatu yang belum tuntas,” kata Supriadi menirukan kata paranormal tadi, yang minta maaf karena tidak bisa melepaskan guna-guna yang mengenai tubuh dan jiwa Feri.
Menurut Supriadi, Feri mengakui tidak mempunyai keberanian menemui Kenanga dan keluarganya. Dia takut membayangkan apa yang terjadi setelah mereka bertemu. “Kedekatan mereka selama Feri di sana tentu menggoreskan luka yang sangat dalam,” kata Supriadi.
Saran lain paranormal tersebut, Feri bisa minta bantuan Roy Kiyosi yang saat ini memiliki acara Menembus Mata Batin (MMB) di televisi. Roy dinilai memiliki kemampuan di atas rata-rata paranormal dan orang-orang indigo lain di Indonesia. “Itulah kenapa Feri sempat mendaftar jadi partisipan acara MMB,” kata Supriadi.
Tapi sebelum sempat mendapat giliran tampil di televisi, Feri ditugaskan kantornya kembali ke Kapuas karena ada beberapa pekerjaan yang memerlukan keahlian dia.
Maka, terpaksalah Feri berangkat ke Kapuas. Dengan hati deg-degan dia terbang ke kota yang menyimpan kenangan indah bersama Kenanga. Gadis yang diduga mengirimkan guna-guna kepadanya. Bertemukah Feri dengan Kenanga? (bersambung)