Tangani Semburan Lumpur, IAGI Gunakan Sistem Separator

Senin 30-09-2019,08:37 WIB
Reporter : Syaifuddin
Editor : Syaifuddin

SURABAYA - Semburan lumpur bercampur minyak bumi rumah dinas milik PT Classic Prima Carpet Industries, Jalan Kutisari Indah Utara III/19, Kelurahan Kutisari, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, belum berhenti. Pemkot Surabaya menggandeng tim Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Jatim untuk mengobservasi lokasi. Ketua IAGI Jatim Handoko mendatangi lokasi Minggu (29/9) sejak pukul 09.30. Dia didampingi pegawai dinas lingkungan hidup (DLH) dan perangkat setempat serta tim dari PT Perusahaan Gas Negara (PGN)turut meneliti di sekitar semburan lumpur. Staf  PGN Samsul Anam mengatakan, sekarang ini semburan lumpur itu berisi kandungan gas dan air. Dia menilai ada perubahan struktur tanah di bawah titik semburan. Dia mengaku, melalui alat detektor gas, hasilnya kandungan gas methane lebih besar dibandingkan  kemarin. "Kandungan gas saat ini mencapai 21.506 ppm melalui laser mini methane. Ini jauh lebih besar dari pada kemarin yang hanya 8.000-9.000 ppm tersebut,” kata Samsul sambil menunjukkan hasil kandungan gas kepada Memorandum, Minggu (29/9). Samsul memastikan, gas yang muncul bersamaan dengan lumpur itu bukan dari pipa PGN. Yang jelas, lanjut dia, gas itu menekan lumpur bercampur minyak dari bawah ke atas. “Namun kondisi kandungan gas tidak bisa ditetapkan kadarnya setiap harinya. Dan, bisa berubah sewaktu-waktu. Tentu, kami tetap berupaya memonitoring setiap hari,”imbuh dia. Kasus semburan lumpur bercampur minyak dan gas (migas), tampaknya, tidak hanya terjadi di area Kutisari Indah Utara III. Semburan serupa terjadi di Jalan Raya Taman Kutisari Indah Utara. Hanya saja, intensitas dan volumenya kecil. Ketua IAGI Jatim Handoko Wibowo mengatakan, area Kutisari Indah Utara merupakan lapangan minyak produktif sejak era kolonial. Dia mencatat ada sekitar 80 sumur, namun ada 34 bekas lubang bor yang telah teridentifikasi. “Salah satunya di perum Kutisari Indah Utara III/19 merupakan bekas lubang sumur, diduga casing atau penutup yang dipermukaan sudah diambil sejak dulu. Jika terjadi gempa atau retakan kandungan gasnya bisa naik ke atas,” kata dia. Untuk menangani semburan lumpur tersebut, Handoko menjelaskan, pihaknya segera melakukan upaya sistem separator. Yakni dua tabung difungsikan untuk memisahkan kandungan gas dengan airnya.“Setelah kandungan tersebut kelihatan habis nantinya akan dilanjutkan penutupan lubang semburan lumpur. Penutupan ini  secara injeksi menggunakan semen air yang bisa otomatis mengering di dalamnya,” terang dia. Kasubit Migas Non Konvesional Badan Geologi Indra Nurdiana menjelaskan,kondisi semburan lumpur sekarang ini dari hasil observasi berubah. Sebelumnya banyak lumpur dan minyak, sekarang banyak gas methane dan air. “Faktor meningkatnya gas methane lebih dominan diduga sumbatan-sumbatan di dalam sudah keluar, sehingga gas yang muncul sekarang. Kami mengimbau untuk menghindari lokasi semburan. Secara reologi, gas mudah menyebar dan mudah terbakar,” ungkap dia. Lebih jauh, Indra menerangkan, Selasa (1/10), Badan Geologi akan mengobservasi kondisi bagaimana di bawah permukaan semburan lumpur tersebut. Setelah itu, kita rumuskan solusi penanganan secara permanennya.“Berdasarkan pengalaman, penanganan pertama, kita melakukan opsi pembuatan separator memisahkan, gas, minyak dan airnya dulu,”  ucapnya. Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Eko Agus Supiyadi menjelaskan, untuk penanganan semburan lumpur di perum Kutisari Indah Utara III/19, pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Geologi. “Yang jelas mereka dalam satu dua hari segera mendatangkan alat untuk melakukan penelitian struktur tanah di lokasi. Kami mengimbau supaya masyarakt tidak melakukan aktivitas pengeboran di sekitar sini, apalagi memasuki musim kemarau,” pungkas dia.(why/be)

Tags :
Kategori :

Terkait