Rumah Tangga Modal Cinta (3-habis)

Kamis 06-01-2022,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Pulang ke Orang Tua

Apes. Pada saat Inten sudah mulai bisa menghentikan kebiasaan buruknya ambil barang kreditan, Ridwan menghadapi kenyataan baru.   Saat itu virus corona mulai merebak dan akhirnya ditetapkan sebagai pandemi. Banyak pabrik kolaps. Ada yang terpaksa menghentikan produksi dan mem-PHK karyawan, atau minimal mengurangi produksi dengan banyak alasan. Ridwan termasuk yang harus menghadapi kenyataan pahit: di-PHK. Ridwan pun oleng. Untuk menutupi kebutuhan keluarga, pada awal-awalnya dia masih bisa menta tolong saudara. Tapi, itu tidak bisa dilakukan terus menerus. Bikin malu. Terpaksa Ridwan banting setir bekerja apa adanya. Serabutan. Keluarga makin kocar-kacir. Saudara-saudara yang masih peduli mencoba memberikan modal usaha. Tapi nahas. “Karena memang tidak berbakat bisnis, apa pun yang tak terjuni selalu gagal. Mulai jualan pulsa hingga makelaran ikut teman-teman, semua tidak ada yang menghasilkan,” keluh Ridwan. Kondisi ekonomi yang semakin tidak jelas menggiring Ridwan dan Inten kembali teribat pertengkaran. Utang kembali menumpuk. Ridwan sudah tidak punya muka untuk meminta bantuan kakak-kakaknya. “Sebenarnya, kalau aku mau minta tolong, mereka masih akan membantu. Tapi aku yang malu. Masa minta bantuan seumur-umur,” kata Ridwan. Pada saat genting itu, masalah baru dihadapi Ridwan. Tiba-tiba suatu pagi Inten mengemasi barang-barangnya dan pamit akan pulang. “Dia mengaku gak kuat lebih lama hidup denganku. Dia pamit pulang ke orang tuanya. Katanya daripada tiap hari bertengkar,” tutur Ridwan. Lelaki berparas keras ini tidak berkutik. Sebab, Inten tidak bisa dicegah. “Aku nyesel kawin karo Pean, gak nurut Bapak ambek Simbok,” imbuh Ridwan menirukan alasan yang disampaikan istrinya. Sebelum menikah vs Ridwan, Inten memang dijodohkan orang tuanya dengan Pak Inggih (kepala desa) tempat tinggal mereka di desa. Orangnya kaya raya tapi sudah memiliki seorang istri. “Aku yakin dia (Inten, red) pulang atas pengaruh orang tuanya untuk dininikahkan dengan orang itu (kepala desa, red).” Ridwan mengucapkan kalimat tadi tanpa ekspresi. “Sekarang Mbak Inten masih di desa?” tanya Memorandum. “Masih. Dan akan terus di sana. Kapan hari kami sudah resmi cerai.” “Dan akhirnya memang  menikah dengan Pak Kepala Desa?” desak Memorandum. Ridwan menggeleng. “Aku tidak tahu. Mungkin saja. Kami sudah tidak pernah kontak.” Yang jelas, sekarang Ridwan sedang fokus mencari pengganti Inten.  “Dia harus kaya. Minimal punya pekerjaan yang bisa membantu ekonomi keluarga,” katanya tegas. “Mas Ridwan sendiri sudah memeroleh pekerjaan pasca-PHK dulu?” Ridwan tidak menjawab. Hanya menoleh ke arah Memorandum dan tersenyum. (jos, habis)  
Tags :
Kategori :

Terkait