Tim Pengabdian Masyarakat Unusa Ikut Atasi Krisis Air di Pamekasan

Rabu 29-12-2021,19:43 WIB
Reporter : Syaifuddin
Editor : Syaifuddin

Surabaya, memorandum.co.id – Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Universitas Nahdlatul Surabaya (Unusa) telah berhasil mengatasi krisis air di Pondok Pesantren Addurriyah Nyantren, Desa Bangkes, Kadur, Pamekasan. Sebelumnya, Tim Pengmas Unusa mempersiapkan penerapan sistem pemanen air terpadu dan filtrasi berbasis saringan pasir lambat, yang dikombinasikan dengan karbon aktif sebagai upaya mengentaskan krisis air bersih secara mandiri dan berkelanjutan. Pengmas yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan instalasi air bersih tersebut telah diserahterimakan dari Unusa kepada pengasuh pondok pasantren. Selain penyerahan satu paket instalasi air bersih, Pengmas Unusa juga memberikan pelatihan kepada warga ponpes dan masyarakat sekitarnya agar dapat mengelola dan menyiapkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Dalam acara penyerahan instalasi air bersih tersebut hadir Wakil Rektor II Unusa, Ir Muhammad Faqih MSA PhD dan beberapa tokoh masyarakat, anggota DPRD Kabupaten Pamekasan serta beberapa pimpinan ponpes di Pamekasan. Kiai As'ad, Ketua Yayasan Khalid bin Walid yang menaungi Ponpes Addurriyah berterima kasih atas apa yang sudah diberikan Unusa melalui Tim Pengmas terkait dengan pembangunan dan pelatihan untuk mengelola air bersih. “Sebelumnya kondisi air di sini sangat keruh dan tidak layak konsumsi. Padahal air sangat dibutuhkan bagi santri, baik untuk mandi, wudhu hingga masak. Saya berterima kasih ada kampus yang tergerak untuk melakukan pengabdian masyarakat agar air layak digunakan. Selama ini kami kesusahan dalam memperoleh air bersih apalagi masuk musim kemarau, air sangat susah," jelasnya, Rabu (29/12/2021). Sedangkan Anggota DPRD Pamekasan, H M Lutfi berharap apa yang sudah diberikan Unusa kepada Ponpes bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. “Saya melihat apa yang dilakukan dalam Pengmas Unusa sangat revolusioner, terutama dalam mengatasi krisis air di Kabupaten Pamekasan. Mudah-mudahan dapat ditiru di daerah lain,” katanya. M Lufi juga berharap Pemkab Pamekasan dapat bersinergi agar program mengatasi krisis air di Pamekasan bisa berkelanjutan dan tidak sebatas pada hasil penelitian dan pengmas saja, tapi juga perlu dikembangkan. Karena untuk daerah kering dan kritis di Pamekasan, kebutuhan air untuk minum mengandung zat padat yang terlarut dalam air sangat tinggi. Ini perlu dijelaskan pada masyarakat sebagaimana yang telah dilakukan oleh Unusa. “Saya juga berharap hendaknya Unusa dapat terus mendampingi dan memberi pembelajaran kepada masyarakat, sehingga mereka sadar akan pentingnya air bersih,” harapnya. Sebelumnya, ponpes sudah membuat lima titik sumur bor, namun hanya dua sumber air yang dapat digunakan. Dari dua sumber air itu satu sumber kondisi airnya keruh serta berdebu dan mengandung kapur. Untuk bisa memperoleh air bersih, ponpes harus mengebor wilayah tersebut hingga kedalaman 100 meter. Melihat kondisi lapangan yang diceritakan pimpinan ponpes, Ketua LPPM Unusa, Achmad Syafiuddin, SSi MPhil PhD merasa prihatin. Sehingga pihaknya melakukan Pengmas di ponpes tersebut. "Sudah jelas jika kondisi air yang ada di wilayah tersebut tidak layak, karena keruh serta ada bintik putih yang jika lama akan licin, sehingga tidak layak untuk konsumsi karena air sudah tercemar," paparnya. Keperihatinan ini pula yang mendorong Syafiuddin melakukan Pengmas di Ponpes Addurriyah dengan memberikan pelatihan sekaligus mendisain instalasi air bersih. “Jika kami hanya mengajarkan bagaimana memanfaatkan air yang semula tidak layak pakai menjadi layak minum dalam bentuk ceramah saja, rasanya kurang afdol, karena itulah kami bangunkan instalasi sebagai contoh nyata dan sekaligus bisa dimanfaatkan. Mudah-mudahan bisa dicontoh dengan yang lain,” tandasnya. Syafiuddin berharap adanya triple helix yang tepat antara Universitas, Mitra, dan Pemerintah. "Dengan begitu masalah air bersih ini akan teratasi dengan kerja sama yang baik antara ketiga unsur tersebut," tuntasnya. (mg3)

Tags :
Kategori :

Terkait