Kebahagiaan untuk Istri (3-habis)

Selasa 30-11-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Menjodohkan vs Mantan

Tomi bermaksud mempertemukan kembali Seli dengan Eko. Ia berharap Seli mau demi kebahagiaan orang yang dicintai itu. Di luar dugaan. Ketika rencana tadi disampaikan kepada sang istri, Seli marah-marah. Marah besar. Dia malah menganggap Tomi melanggar sumpah kesetiaan mereka. “Dia hanya masa laluku. Masa depanku cuma kamu!” teriak Seli seperti ditirukan Tomi, yang disambung dengan sedu sedan tangis. Tomi ngotot. Dia menegaskan bahwa dia rela melakukan ini semata demi masa depan Seli, yang dipastikan Tomi bakal suram apabila diteruskan berhubungan dengannya. “Aku ingin melihat kamu bahagia, Sel,” kata Tami mengulang bujukannya kepada Seli. Tapi Seli bergeming. Dia bersumpah tidak akan mau meninggalkan, apalagi ditinggalkan Tomi. Seli sampai memeluk kaki Tomi agar lelaki tersebut tidak berpikir aneh-aneh soal masa depan mereka. Melihat itu, Tomi mengaku semakin tidak tega bila Seli harus menghabiskan sisa usianya bersama dia. Tomi bertekad lebih baik sekali menyakiti Seli daripada harus membiarkan wanita tersebut menderita selamanya. “Apalagi aku juga merasakan sejatinya Seli masih punya memori bersama Eko. Aku harus menyatukan mereka,” tekad Tomi. Tekad itu juga dilandasi keyakinan bahwa Eko pasti bahagia bisa bersatu dengan perempuan yang pernah menjadi kekasihnya. “Aku juga ingin membahagiakan anak Eko dan almarhum istrinya. Biarlah anak tersebut diasuh Eko bersama Seli,” tutur Tomi. Beberapa hari setelah menanamkan tekad itu, Tomi menemui pengacara untuk menguruskan proses perceraiannya dari Seli. “Aku yakin Seli masih akan tetap menolak langkahku. Tapi biarlah aku mengalah dan pergi jauh-jauh,” kata Tomi, yang berencana meneruskan kehidupan di luar Jawa. Ikut pamannya yang tinggal di eks lokasi transmigran. Tomi mengaku sudah dua minggu ini meninggalkan rumah dan untuk sementara ngungsi menginap di rumah teman. “Aku sudah meninggalkan surat pamitan untuk Seli. Semoga dia bisa mengikhlaskan kepergianku,” kata Tomi. Serang pemuda mendekat. Dia teman Tomi yang menampung Tomi tinggal di rumahnya. “Aku sudah melarang Tomi pergi, tapi dia bersikeras,” kata pemuda tadi sambil membantu Tomi berdiri, pindah dari bangku ruang tunggu PA ke kursi roda yang dia bawa. Menurut pemuda tersebut, Tomi temannya dari kecil itu memang keras. Setiap apa yang dipikirkan harus terwujud. Dan, pertimbangannya selalu matang. “Aku yakin kali ini pun Tomi tidak akan salah memilih langkah,” tegasnya. Eko tersenyum, kemudian menyela, “Besok aku berangkat. Semua urusan di sini sudah kupasrahkan kepada pengacara.” (jos, habis)  
Tags :
Kategori :

Terkait