Klaim Asuransi Pertanian Rp 3,6 Miliar Cair

Kamis 12-09-2019,16:12 WIB
Reporter : Syaifuddin
Editor : Syaifuddin

  LAMONGAN - Petani di Lamongan yang tahun ini gagal panen padi dan mengasuransikan pertaniannya melalui Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) masih bisa tersenyum. Karena klaim mereka senilai total Rp 3,6  miliar sudah dicairkan. Penyaluran klaim tersebut dilakukan secara simbolis oleh Bupati Fadeli usai melakukan panen raya padi inhibrida di Desa Truni, Kecamatan Babat, Kamis (12/9). Hadir bersamanya Deputi Direktur Pengawasan Asuransi II Otoritas Jasa Keuangan (OJK) I Wayan Wijana dan Ika Dwi Nita perwakilan dari PT Jasindo selaku penglola AUTP. Kepala Dinas Tanaman Pangan Perkebunan dan Holtikultura (TPHP) Rudjito mengungkapkan, lahan pertanian di Lamongan yang mengikuti program AUTP tahun ini mencapai 80 ribu hektare. Sebanyak 600 hektare diantaranya mengalami kegagalan panen dengan berbagai sebab. Sehingga berhak menerima klaim asuransi sebesar Rp 3,6 miliar. “Nilai klaim sebesar Rp 6 juta per hektare ini sangat penting untuk petani bisa bangkit kembali. Karena mereka setidaknya akan memiliki modal untuk bercocok tanam kembali,” ujarnya. OJK, kata I Wayan Wijana, mendapat amanat dari negara untuk hadir ketika masyarakat membeli produk asuransi. Ada 130 perusahaan jasa asuransi yang diawasi OJK, dan salah satunya adalah PT Jasindo yang diberi tugas Negara untuk menglola AUTP. “Dengan membayar premi, bapak ibu petani diliundungi usahanya. Kalau gagal panen, masih punya modal untuk berusaha kembali dari klaim asuransi,” ujarnya. Terlebih untuk AUTP ini mendapat subsidi dari negara, sehingga petani hanya membayar 80  persen preminya. “Dengan membayar premi sebesar Rp 36 ribu, kalau gagal panen, bapak ibu memperoleh modal Rp 6 juta,” katanya. Dia berharap petani yang sudah menerima manfaat dengan menjadi peserta AUTP untuk menyampaikannya secara gethok tular kepada pertain lain. Hal yang sama disampaikan Bupati Fadeli. Dia melihat asuransi ini penting untuk petani yang memiliki usaha dengan resiko kegagalan. “Kebanjiran dapat (klaim asuransi), kekeringan dapat, kena penyakit juga dapat. Alhamdulillah tadi tidak ada yang dari Desa Truni. Berarti tidak ada yang gagal panen. “ kata dia. Dengan PDRB Lamongan yang sebagian besar, 36 persen, masih ditopang pertanian, memerlukan petani yang mau mencoba berbagai hal baru. Di antaranya dengan mencoba menanam benih hibrida yang bisab menghasilkan produktivitas 12 hingga 14 ton perhektare. “Jangan selamanya menjadi petani tradisonal yang tidak mau berubah. Hanya mau menanam benih tertentu. Banyak benih hibrida yang bisa 12 hingga 14 ton perhektare, harus dicoba,” kata dia. Sampai akhir Agustus, produksi gabah Lamongan sudah mencapai  mencapai 949.047 ton dengan produktivitas 7,42 ton perhektare di lahan seluas 148.771 hektare. Produksi tahun ini diproyeksikan bisa lebih besar dari tahun lalu yang mencapai 1.094.124 ton. (*/udi)

Tags :
Kategori :

Terkait