Bermain Api Terbakar (3)
Jumat 19-11-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Nguntit Pakai Hoodie
Isu Hendro menjalin hubungan dengan Welas semakin santer. Tidak hanya di lingkungan pabrik, kabar kedekatan mereka merebak hingga jauh. Termasuk tempat kerja Santi.
Santi mendengar, antara lain saat membeli camilan di kantin kantor. Dia mendengarnya dari tiga-empat orang yang sedang ngantin. “Iya. Welas kan tetanggaku. Aku pernah lihat dia bersama suami Santi di supermarket dekat alun-alun,” begitu, antara lain, yang masuk telinga Santi.
Perempuan berambut sebahu ini maunya cuek. Tapi tidak bisa. Hatinya selalu berontak untuk bisa memergoki perselingkuhan Hendro. Untuk itu, Santi pernah sengaja izin tidak masuk kerja semata untuk memata-matai dan menguntit Hendro.
Sang suami tampaknya tidak sadar. Dia malah sempat meraba kening Santi lantaran perempuan itu mengaku sakit kepada Hendro sehingga izin tidak ngantor. Selanjutnya Hendro berangkat kerja seperti biasa.
Santi lantas menguntit dengan motor. Sejak dari rumah hingga pabrik keluarga tempat Hendro ngantor. Untuk menyamarkan keberadaannya, Santi memakai hoodie, sweater yang memiliki penutup kepala.
Tapi hingga sore tidak tampak ada pergerakan yang mencurigakan. Hendro tiga kali keluar, namun semua berhubungan dengan pekerjaan. Pertama menemui pelanggan di agen. Kedua makan siang bersama seseorang. Pria, entah siapa. Tampaknya kawan lama. Mereka terlihat sangat akrab. Ketiga mencucikan mobil.
Santi sampai pontang-panting tanpa hasil. Saat pulang dari penguntitan, dia bertemu teman SMA-nya. Ganteng. Namanya sebut saja Budi. “Dia mantanku,” aku Santi. Kemudian dia menjelaskan bahwa Budi sempat patah hati ketika mendengar Santi menikah vs Hendro.
Santi juga mendengar mantannya itu sempat berusaha bunuh diri lantaran putus asa. “Dia gantung diri di dapur rumah ibunya di Kecamatan Jatikalen,” tutur Santi.
Tapi bukannya mati, ulah nekat Budi malah jadi guyonan warga. Sebab, tali tampar yang dipakai menjerat lehernya di blandar putus. Setelah diperiksa polisi dan perangkat desa plus perangkat kecamatan, diketahui tali tampar tersebut sudah rantas karena gigitan. Mungkin gigitan tikus.
Namun beruntung. Berkat usaha bunuh diri itu Budi kenal dengan anak gadis salah satu perangkat desa yang membantunya evakusi ke rumah sakit. Namanya sebut saja Ana. Tidak lama kemudian keduanya menikah.
Tidak disangka, pertemuan Santi dan Budi menghidupkan kenangan lama. “Terutama saat kami jadian di air terjun Sedudo,” kata Santi.
Pada pertemuan-pertemuan selanjutnya Budi sering membangunkan kenangan-kenangan manis di memori Santi. Antara lain bagaimana canggungnya saat pertama saling memegang dan meremas tangan. Juga, saat Santi dimarahi orang tua karena pulang terlalu malam hanya gara-gara tidak bisa mengakhiri pertemuan dalam rangka ulang tahunnya yang ke-18.
Kenangan paling mendebarkan terjadi saat kali pertama berciuman. Itu terjadi di samping toilet sekolah. Ketika sedang panas-panasnya, mendadak muncul guru bahasa Indonesia tepat di depan mereka. Mak-jlek seolah seperti tiba-tiba. Urusan jadi panjang. Orang tua kedua pihak dipanggil ke sekolah.
Setelah sekian tahun tak berjumpa dan masing-masing sudah berumah tangga, Budi menawarkan mengenang keindahan masa remaja mereka saat jadian. Maka dipilihlah hari ulang tahun Santi dan lokasi di Sarangan.
“Inilah puncak kesalahanku. Aku hanyut dibawa ke masa lalu oleh Budi yang memang indah. Penuh warna,” kata Santi.
Santi juga mengaku tidak sadar 100 persen ketika mengiyakan ajakan Budi untuk bereuni tipis-tipis berdua di Sarangan. Yang ada di benaknya waktu itu hanya rasa suntuk diterpa kabar perselingkuhan suaminya, Hendro, vs Welas.
“Aku seolah ingin membuktikan begini: bukan hanya kamu yang bisa selingkuh. Aku pun bisa. Lihat ini. Lihat Ndro,” tutur Santi lirih.
Pengacara yang mendampingi Santi dalam kasus perceraiannya kaget. Tiba-tiba Santi meneteskan air mata. Menangis. Dari semula lirih hingga tersedu-sedu. (jos, bersambung)
Tags :
Kategori :