Perjalanan Cinta Hombreng (4-habis)

Kamis 16-09-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Mas Kawinnya Rumah + Mobil

Ketika pulang lewat dini hari, bersamaan dengan azan Subuh, Rio tidak langsung masuk rumah. Dia mengintip dan mendengar percakapan di ruang keluarga. “Kami sudah menasihati Adik. Tapi, dia tidak mau berubah. Beberapa kali dia malah mengancam bunuh diri bila Papa terus memaksanya menjadi anak seperti kemauan Papa,” kata kakak sulungnya. “Sebenarnya kami sudah lama tahu. Tapi, kami tidak bisa apa-apa. Dia sudah dewasa dan berhak atas pilihan hidupnya. Apalagi selama ini Mama dan Oma seperti mendukung pilihan Adik. Kami bingung,” tambah kakak nomor dua. Si sulung menambahkan bahwa dia pernah memergoki Rio bermesraan dengan pacarnya. Teman kerja si sulung. Sesama cowok. Si sulung menegurnya dengan keras. Tapi, apa reaksi Rio? “Saya diancam mau dibunuh seandainya memberi tahu Papa. Jujur saya bingung. Andai dulu Papa tegas melarang Mama dan Oma memperlakukan Adik, saya kira tidak begini jadinya. Maafkan aku, Pa.” Rio merasa terharu. Tapi, jujur dia tidak tahu harus berbuat apa. Dengan berbagai pertimbangan, dia lantas memutuskan malangkahkan kaki masuk ruang keluarga. “Maafkan Rio. Tapi, biarlah Rio memiliki pilihan jalan hidup sendiri. Maafkan Rio, Pa,” katanya lirih. Melihat Rio, semua terdiam. Suasana mendadak sepi. Mati. Lama sekali hingga Fandi berucap tegas, “Semua tidak ada yang boleh membantah. Rio harus menikah. Aku yang mencarikan jodohnya.” Sekitar dua minggu kemudian Fandi mengajak seluruh  keluarga bertamu ke rumah salah satu temannya, pemangku pondok pesantren di pedalaman Madura. Mereka mengajak Rio ber-ta’aruf dengan seorang putri teman Fandi. Namanya sebut saja Norah. Masih gadis. “Orangnya cantik dan masih polos,” kata Rio. Tidak pakai lama dan tidak pakai basa-basi, dua minggu selepas ta’aruf resepsi pernikahan digelar. Mas kawinnya tidak main-main: sebuah rumah lengkap dengan perabotannya plus mobil. Sebulan-dua bulan rumah tangga Rio berjalan seperti adem ayem saja. Seperti tidak ada apa. Hanya seperti. Sebab, sejatinya di dalam keluarga ini membara api yang sewaktu-waktu bisa membakar apa saja. Genap setahun, keluarga Norah sudah kasak-kusuk mengapa sang pengantin kok tidak hamil-hamil. Keluarga terdekat bahkan merasa tidak pernah melihat keharmonisan dipertontonkan Rio dan Norah. “Aku sendiri sudah kehabisan alasan untuk menjawab Norah mengapa dia tidak pernah kusentuh sama sekali. Dia bahkan mengancam akan menyerahkan kehormatan kepada mantan yang masih dia cintai,” kata Rio. Walau begitu, dia yakin Norah tidak akan melakukan hal sebejat itu. Karenanya Rio bertekad menceraikan Norah agar semuanya berjalan sesuai kodratnya. “Aku akan menyusul kekasihku ke Paris. Kalau ada yang harus disalahkan, biarlah aku sendiri yang salah. Jangan orang lain,” kata Rio. (jos, habis)
Tags :
Kategori :

Terkait