Motor Dirampas, Ibunda Rini Digilir Lima Berandalan

Rabu 07-08-2019,08:31 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Rini bercerita bahwa semasa gadis, almarhumah ibunya adalah buruh linting rokok di Kediri. Suatu hari dia ditelepon, yang mengabarkan ayahnya (kakek Rini, red) yang dirawat di sebuah rumah sakit di Jombang meninggal. Inilah kelanjutan kisah Hery, yang disajikan dengan gaya bertutur. “Dalam perjalanan menuju Jombang, almarhumah dibegal. Motornya dirampas dan Ibu digilir lima berandalan,” tutur Rini. Menurut Rini, kasus ini ditangani polisi namun sampai sekarang belum terungkap siapa saja pelakunya. Mereka hilang bagai embun diisap mentari pagi. Lenyap tanpa bekas. Nasib buruk yang menimpa ibunda Rini tidak berhenti sampai di situ. Dia hamil. Perutnya mengandung bayi satu di antara para begundal yang memperkosanya. Keluarga heboh. Mereka meminta ibunda Rini segera menggugurkan kandungan hasil hubungan paksa tersebut. Eloknya, ibunda Rini menolak. Dia beralasan bahwa bayi dalam kandungannya adalah titipan Allah yang harus dia rawat. Bagaimanapun proses kejadiannya, siapa pun bapaknya, faktanya yang dititipi bayi itu adalah ibunda Rini. Sikap ini bukan tanpa risiko. Ibunda Rini harus rela ditinggalkan pacarnya yang pegawai negeri. Harus rela merawat sendiri kandungan dan bayi yang kelak dia lahirkan. Tidak ada yang men-support kecuali ibu kandungnya. Cuma dia yang dapat memahami sikap yang dipertahankan ibunda Rini. Seiring perjalanan waktu, tibalah saat ibunda Rini melahirkan. Ternyata prosesnya tidak mudah. Sebab, bayi yang berada di perut ibunda Rini berposisi sungsang. Terbalik, tidak seperti posisi bayi normal. Tidak ada pilihan lain sebagai solusi kecuali operasi. Masalahnya, kondisi ibunda Rini sangat lemah. Fisik dan psikisnya yang terhantam gelombang fitnah sepanjang kehamilan kurang mendukung. Kondisi ini sangat dilematis. Di satu sisi, bayi harus segera dikeluarkan; di sisi lain kondisi ibunda Rini amat lemah. Padahal, bila bayi terlalu lama berada di dalam kandungan, dikhawatirkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan karena ketuban sudah pecah. Akhirnya diputuskan langkah operasi sesegera mungkin. “Alhamdulillah saya lahir selamat. Tapi Ibu. Tidak demikian dengan beliau. Beliau dipanggil Gusti Allah sesaat setelah proses operasi selesai,” tutur Rini. Jadi, imbuh Rini, dia dirawat sang nenek sejak bayi. Rini menilai neneknya itu sebagai perempuan super yang tidak mudah menyerah oleh keadaan. Rini diasuh seorang diri, hingga kini. Hingga Rini memiliki anak. Kulihat mata Rini berkaca-kaca. Diusapnya. Dia lantas minta izin untuk ke kamar kecil. Cukup lama dia di sana. Lebih dari 30 menit. Aku sampai khawatir terjadi sesuatu terhadap dia. Makanya aku mendekat dan berniat mengetuk pintunya. Pada saat hampir bersamaan, pintu terbuka. Kulihat Rini hendak keluar sambil merapikan pakaian. “Maaf kalau terlalu lama,” ucapnya. Kami segera kembali ke tempat duduk masing-masing. “Maaf bila pertanyaanku dianggap kurang sopan: Mbak Rini sudah menikah?” tanyaku setelah kami duduk santai. Rini tidak segera menjawab. Dia menarik napas panjang dan mengeluarkannya perlahan-lahan. Tampak sekali dia berusaha menahan sesuatu yang mendesak-desak di dalam hatinya. Sebab, bila tidak, tentu dia akan mengeluarkan napasnya dengan satu hentakan. Seperti pada umumnya orang yang memendam masalah. “Mbak Rini tidak perlu menjawab kalau memang tidak menghendaki,” kataku. “Sejarah berulang,” kata Rini pelan, namun terasa berat. (bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait