Ini Strategi Pengelola Pusat Perbelanjaan Pertahankan Tenant

Kamis 29-07-2021,18:15 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Surabaya, memorandum.co.id - Pandemi COVID-19 yang tak henti mewabah menimbulkan tantangan bagi industri retail (ritel) dan pusat perbelanjaan, membuat pegiatnya harus bekerja ekstra keras demi mempertahankan eksistensi pasar. Inovasi yang timbul dari keterbukaan masyarakat terhadap penggunaan sarana digital dan segala kemudahan yang diberikan secara perlahan menjadi solusi akan keberlangsungan jual beli mereka. “We are thinking about the future, apa yang harus dilakukan mall, ketika menyongsong post pandemi apalagi Indonesia menuju 2030, 2021 is the first year in a new decade. 2020 kita adaptasi saja seperti ketika PPKM pusat perbelanjaan tutup, dan lain sebagainya. 2021 tidak boleh lagi adaptation, harus disertai transformation. Kita harus prepare untuk new format of mall & new format of retail,” ujar Hermawan Kartajaya, founder & chairman MarkPlus, Inc dalam acara Tenant’s Coffee Break yang digelar secara online, Kamis, (29/072021). Business Development Director Pakuwon Group lvy Wong menegaskan pentingnya menerapkan strategi Omni Channel untuk mempertahankan tenant dan agar tetap bertahan di tengah kegelisahan pandemi. “Everyone wants a new concept and something new, saya percaya dalam kondisi sekarang akan menjadikan 1 impact bahwa online shopping akan buka pop up store di mall, supaya dapat spectrum of customer yg berbeda. At the end of the day kita harus cari satu titik untuk bisa kerja dengan omni channel, offline dan online, both of them have to work well together,” ungkap Ivy. Sepakat dengan pernyataan Ivy, Managing Director Sogo Indonesia Handaka Santosa menegaskan pentingnya mengetahui tren pasar dan pentingnya customer experience. “Department store saat ini harus mengubah konsep, teori yang menyebut one stop shopping harus di-implement dikombinasikan dengan apa yang disebut customer service, dan attitude dari team yang melayani juga harus beda. Saat ini orang menganggap department store jualan pakaian, sepatu, kosmetik, dll. Tapi saat ini dalam rangka mengubah Sogo kami sudah membuka apotik, keperluan farmasi dan booth tepat di pintu utama kami. Agar orang juga melihat bagaimana trend kebutuhan customer,” tegas Handaka. Pusat perbelanjaan atau mal diproyeksi masih sulit bangkit meski vaksin Covid-19 telah didistribusikan. Didorong tingginya kekhawatiran masyarakat, maka customer confidence menjadi strategi yang wajib ditingkatkan. Menutup diskusi ini, Alphonsus Widjaja selaku Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia menyatakan pihaknya optimis terhadap keberlangsungan pusat perbelanjaan. “Tenant perlu berjualan dengan konsep baru dan dengan cara yang baru, bukan hanya buka toko lalu selesai. Tugas pengelola adalah mencari titik temu kepentingan tenant dan kustomer ini, inilah yang saya sebut new paradigm. Bukan lagi menjual place of business tapi menjadi whole business. Perusahan harus bisa tidak hanya menyewakan tempat, tenant perlu sekali konsep baru yang tidak hanya berjualan saja. Di sisi lain pengelola harus bisa mencari konsep baru untuk konsumer yang tidak hanya menjadi tempat belanja,” pungkasnya. (gus)

Tags :
Kategori :

Terkait