Polemik Rumah Sehat, Pemkot Surabaya Harus Sosialisasi dan Diskusi Bareng Warga

Rabu 28-07-2021,09:18 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Surabaya, memorandum.co.id - Saat ini, Pemkot Surabaya sedang gencar dalam menyediakan Rumah Sehat di setiap kelurahan. Rumah Sehat merupakan tempat isolasi pasien Covid-19 tidak bergejala atau OTG yang memanfaatkan fasilitas umum. Tjutjuk Supariono, Anggota Komisi D DPRD Surabaya mendukung penuh langkah tersebut dan terus mendorong pihak terkait, seperti Satgas Kampung Tangguh, Relawan Surabaya Memanggil, RT/RW, maupun lurah untuk terus menyosialisasikan pentingnya Rumah Sehat kepada Warga Surabaya. “Saya melihat pengadaan Rumah Sehat ini dapat menekan angka Covid-19, khususnya pada klaster keluarga. Sayangnya, kehadiran fasilitas ini sempat mendapat penolakan dari warga dikarenakan sebagian warga takut tertular," urainya, Rabu (28/7/2021). Tjutjuk mengakui, pemilihan tempat Rumah Sehat di beberapa lokasi menemui kendala. Sebab lokasi yang dipilih adalah gedung sekolah yang berada di tengah permukiman padat penduduk. “Penolakan Rumah Sehat dari warga ini terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai manfaat dari Rumah Sehat ini. Maka, sosialisasi Rumah Sehat harus terus digencarkan agar masyarakat mengerti," usulnya. "Terkait dengan pemilihan lokasi, sebelumnya Pemkot telah melakukan asesmen terkait kelayakan tempat untuk warga isoman. Namun, pemilihan lokasi ini juga harus didiskusikan dengan warga sekitar, mengingat lokasi Rumah Sehat yang berada dekat dengan rumah warga," imbuh Sekretaris Fraksi PSI ini. Tjutjuk menjelaskan, tidak hanya sebagai tempat isoman, di Rumah Sehat, pemkot juga memfasilitasi sarana dan prasarana yang lengkap untuk warga, seperti tabung oksigen. "Tabung oksigen ini disiapkan oleh pemkot jika terdapat pasien yang kemudian saturasi oksigennya menurun. Apabila diperlukan perawatan lebih lanjut ke rumah sakit, akses ambulans juga lebih cepat untuk menjemput pasien di Rumah Sehat," paparnya. Menurutnya, langkah Pemkot Surabaya membangun Rumah Sehat ini didasari karena banyaknya kasus pasien isoman meninggal. Umumnya pasien dan keluarga isoman memiliki akses yang minim terhadap pengobatan dan pengawasan dari tenaga yang kompeten. Tidak hanya itu, kondisi rumah yang tidak layak untuk dilakukan isoman pun berpeluang besar menularkan ke anggota keluarga yang sehat. Pasien terpaksa diminta isolasi mandiri karena RS penuh akibat adanya lonjakan Pasien Covid-19. "Sampai saat ini, Kota Surabaya masih menjadi salah satu penyumbang kasus Covid-19 tertinggi di Jawa Timur, dengan kasus aktif mencapai 10.064 jiwa, atau setara dengan 19,5% kasus aktif di Jawa Timur," terang Tjutjuk. Sedangkan tingkat keterisian tempat tidur RS atau BOR (bed occupancy rate) di Surabaya, hingga hari ini masih berada di atas 90%. "Mirisnya, sudah hampir 1 bulan ini tidak ada unit yang tersisa untuk ICU tanpa tekanan negatif dengan ventilator. Semoga dengan fasilitas Rumah Sehat ini dapat menurunkan angka Covid-19 dan BOR di Surabaya," pungkasnya. (mg3)

Tags :
Kategori :

Terkait