Surabaya, memorandum.co.id - Perpanjangan PPKM darurat telah diketuk palu pada Selasa (20/7) malam melalui pernyataan yang langsung disampaikan oleh Presiden Joko Widodo. Menilik ini, aktivis perempuan sekaligus Ketua III STAI Taruna Surabaya, Dr Lia Istifhama MEI menyebutkan, perpanjangan yang diputuskan hingga 25 Juli ini cenderung bersifat relaksasi. "Pak Presiden Jokowi terlihat berusaha mengambil kebijakan yang aspiratif, yaitu mengkombinasikan kebutuhan kesehatan dengan kebutuhan ekonomi. Meski begitu, polemik terkait PPKM darurat, sekalipun dalam framing relaksasi, tetap saja menuai pro dan kontra," kata ning Lia, sapaan akrabnya, Rabu (21/7/2021). Oleh sebab itu, menurut dia, penting kiranya melakukan sebuah kajian holistik implikasi relaksasi PPKM darurat, yaitu antara urgensi dan harapan. Sehingga PPKM darurat ini turut memicu self reminder. "Terlepas maraknya protes terhadap kebijakan serta beragam regulasi saat pelaksanaan PPKM darurat, dua kata tersebut (urgensi dan harapan) tidak bisa diabaikan sebagai bentuk self reminder terhadap pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir," urainya. "Lonjakan Covid-19 yang tidak bisa ditepis seiring dengan naiknya kebutuhan saturasi oksigen dan Bed Occupancy Rate (BOR) di berbagai rumah sakit. Dengan begitu, kepedulian (awareness) terhadap Covid-19 memang harus menjadi fokus seluruh lapisan masyarakat. Meskipun, tidak dalam konteks menanam kepanikan," imbuh dia. Adanya PPKM darurat maupun istilah-istilah sebelumnya, seperti PSBB, PSBB mikro, dan PPKM mikro, dinilai ning Lia efektif menandakan bahwa Indonesia masih berada dalam situasi pandemi. "Diakui atau tidak, kebijakan-kebijakan tersebut telah membangun edukasi tentang pentingnya upaya-upaya preventif, yaitu menjalankan protokol kesehatan dan memunculkan beragam ramuan tradisional produk UMKM yang bisa meningkatkan imunitas tubuh," jelas Ketua Perempuan Tani HKTI Jatim ini. Soal self reminder yang diutarakannya, menurut ning Lia memang penting dan dibutuhkan agar tidak menjadikan publik terlena. Namun ning Lia menekankan, self reminder ini tidak dalam konteks membangun framing kepanikan (pesimis) ke publik atau masyarakat. "Bahkan jika dikaitkan dengan agama, saya kira semua agama pasti mengajarkan hal yang sama, yaitu keoptimisan di tengah menderita penyakit. Dalam Islam misalnya, dijelaskan sebuah hadis nomor 5395 yang dikutip kitab Shahih Bukhari, dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda, 'kalau Allah menurunkan suatu penyakit, maka Allah juga menurunkan obatnya," pungkas Wakil Sekretaris MUI Jatim ini. (mg3)
PPKM Diperpanjang, Ini Kata Ketua III STAI Taruna Surabaya
Rabu 21-07-2021,15:57 WIB
Editor : Aziz Manna Memorandum
Kategori :