Waspadai Virus Nipah, Pakar Mikrobiologi Unair Beberkan Antisipasi

Senin 08-02-2021,17:48 WIB
Reporter : Syaifuddin
Editor : Syaifuddin

Surabaya, memorandum.co.id - Sedikit yang tahu tentang virus Nipah, virus yang menular dari hewan ke manusia. Sumbernya berasal dari kelelawar famili pteropodidae yang termasuk ke dalam genus pteropus.

Kelelawar pteropus ini merupakan jenis kelelawar yang dapat ditemukan di Indonesia. Tak ayal, virus itu bisa jadi berkembang dan menyebabkan masalah baru. Mengingat sudah pernah terjadi kasus penularan virus Nipah di Malaysia dan India.

“Jika dilihat dari letak geografisnya, Indonesia yang termasuk Asia Tenggara ini berdampak besar pada masuknya virus,” sebut Dr Agung Dwi Wahyu Widodo, Senin (08/02/2021).

World Health Organization (WHO) juga menyebutkan jika kelelawar di Indonesia memiliki antibodi terhadap virus Nipah. Jadi, sebenarnya mereka juga memiliki kesempatan menjadi sumber penularan virus,” imbuh Agung.

Berkaca pada pandemi Covid-19 di mana pada Januari 2020 dikabarkan belum masuk di Indonesia. Namun, pada Maret 2020, telah ditemukan kasus pertama Covid-19, lalu virus menyebar sangat luas.

Sehingga upaya antisipasi serta pencegahan menurut dokter RSUD Dr Soetomo ini perlu untuk dikerahkan. Seperti yang pertama, melakukan surveillance (pengawasan, red) sejak dini.

"Kemudian dengan hasil  surveillance itu, kita bisa mendeteksi sejak dini keberadaan outbreak dari infeksi virus ini,” kata Agung.

Kedua, mempersiapkan laboratorium khusus yang bisa mendeteksi virus Nipah. “Jika hanya melakukan surveillance saja, kemudian kita tidak menerapkan cara mendiagnosanya, maka bisa lolos virus ini,” ungkap Dosen Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga tersebut.

Ketiga, mempersiapkan sarana dan prasana untuk merawat pasien yang terinfeksi virus Nipah. Sebab, hingga saat ini belum ada obat atau vaksin untuk virus tersebut. Gejala berat seperti koma atau kejang bisa saja terjadi. Namun yang bisa dilakukan adalah hanya memberikan perawatan suportif.

“Pasien juga bisa mengalami gagal napas, dan gangguan pernapasan lain. Tentunya ini membutuhkan ventilator. Jumlah ICU yang cukup juga harus dipersiapkan untuk mempertahankan kehidupan pasien,” pungkasnya. (mg3/udi)

Tags :
Kategori :

Terkait