Gresik, memorandum.co.id - Membuka awal tahun 2021 ini, para penyuka tempe harus sedikit legowo. Pasalnya, makanan tersebut tiba- tiba langka di pasaran. Salah seorang penjual tempe di pasar Gresik, Zakiyah (40) mengaku ia harus berebut untuk mendapat stok tempe yang akan ia jual.
Sebelum harga tempe naik, Zakiyah mengaku hanya mengambil sekitar 100 lebih stok tempe. Namun, karena tempe sedang alami kelangkaan dan pembeli tetap tinggi, ia menambah jumlah stok menjadi 150 lonjor.
"Biasanya saya cuma ambil sekitar 100 lonjor (ukuran panjang 15 cm), karena di pasar lagi sepi, tapi peminatnya banyak, iya saya tambah. Itu pun ngambilnya berebutan," terang ibu 3 anak itu, Selasa (5/1/2020).
Masih menurut Zakiya, dari kabar yang ia dengar kelangkaan tempe di pasar-pasar Gresik disebabkan para produsen banyak yang mudik di awal tahun.
Kabar tersebut tidak sepenuhnya salah. Salah seorang produsen tempe di desa Mojopurowetan Kecamatan Bungah, Rasdikin (38) menjelaskan, bahwa kelangkaan tempe di pasar disebabkan para produsen tempe melakukan mogok kerja sejak tanggal 1-3 Januari.
Tindakan tersebut dilakukan serentak di kota/kabupaten se Indonesia. Aksi Mogok produksi tersebut adalah buntut dari kenaikan harga kedelai. Jika sebelumnya perkilogram hanya Rp 7.200,- sekarang naik menjadi Rp. 9.200,-. (han/har)